Nikel tengah menjadi komoditas yang populer saat ini. Hal itu sejalan dengan berkembangnya kendaraan listrik di mana nikel merupakan bahan baku untuk pembuatan baterai kendaraan tersebut.
Indonesia merupakan negara yang kaya nikel. Bahkan, Indonesia disebut-sebut memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Dengan demikian, Indonesia memiliki peranan penting dalam pengembangan kendaraan listrik tersebut.
Salah satu wilayah Indonesia yang menyimpan 'harta karun' tambang tersebut adalah Pulau Obi atau yang dikenal dengan Pulau Obira, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Saat ini, terdapat kegiatan penambangan dan pengolahan di wilayah timur Indonesia tersebut. Ini menunjukkan jika pulau terpencil ini kaya akan nikel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom berkesempatan mengunjungi Pulau Obi di mana pulau tersebut terdapat kawasan industri Obi yang menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional pada Jumat (7/4/2023).
Untuk sampai ke sana, butuh waktu yang cukup lama, hampir 24 jam. Maklum, wilayah tersebut cukup terpencil sehingga perjalanan ke Pulau Obi menyesuaikan moda transportasi yang tersedia.
Untuk sampai ke sana perjalanan dimulai dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Sam Ratulangi di Manado pada dini hari. Waktu tempuhnya sekitar 3 jam. Dari Manado, perjalanan kemudian dilanjutkan menuju ke Ternate.
Perjalanan dari Manado ke Ternate dilanjutkan dengan menggunakan pesawat ATR atau baling-baling. Waktu tempuh perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam. Mendarat sebentar, pesawat kemudian terbang lagi menuju ke Bandara Oesman Sadik di Labuha. Waktu tempuhnya pun hampir sama, hampir satu jam.
![]() |
Perjalanan tak sampai di situ. Untuk sampai ke Pulau Obi perjalanan mesti dilanjutan dengan kapal motor. Perjalanan dengan menggunakan kapal bisa dibilang cukup menantang.
Meskipun kapal berukuran sedang, kondisi gelombang air laut yang cukup tinggi membuat guncangan sangat terasa. Bagi yang tak biasa naik kapal, perjalanan ini bisa dibilang membuat 'dag-dig-dug'. Apalagi, perjalanan dengan kapal ini berlangsung malam hari.
Perjalanan dengan menggunakan kapal ini memakan waktu sekitar 3 jam. Rombongan tiba di Pulau Obi hampir tengah malam di mana waktu menunjukkan pukul 23.00 WIT. Cuaca saat itu sedang hujan. Namun gemerlap cahaya lampu dari deretan smelter, pabrik pengolahan nikel dan jetty menandakan akhir tujuan perjalanan hari itu.
Kondisi Kawasan Industri Pulau Obi
Kegiatan industri di kawasan industri Pulau Obi tampak sedang berkembang. Secara kasat mata, hal itu tampak dari lahan yang dibuka untuk kegiatan industri.
Pabrik-pabrik juga telah berdiri di sana. Deru suara pabrik kadang sayup terdengar yang menunjukkan pabrik-pabrik pengolahan nikel tersebut aktif beroperasi.
![]() |
Berbagai alat berat juga mudah ditemui di kawasan industri. Selain itu, truk-truk besar kerap mondar-mandir yang menunjukkan jika kegiatan produksi terus berjalan.
Di dermaga, beberapa gantry crane raksasa juga kokoh berdiri. Crane ini siap mengangkut muatan-muatan berat dari dan menuju Pulau Obi. Sesekali, tampak kapal tanker raksasa bersandar di dermaga.
Di dermaga juga, ada sebuah tanda yang sengaja dipasang dan menarik perhatian bagi siapa saja yang melintas. Di sana, ada plang bertuliskan 'Awas Ada Buaya'. Adanya peringatan itu jelas menunjukkan jika hewan buas itu memang penghuni pulau yang menyimpan harta karun tambang tersebut.
![]() |
Tak cuma itu, di kawasan juga terdapat beberapa asrama atau mess. Mess yang di dalamnya terdapat beberapa blok itu tampaknya sengaja disiapkan untuk menampung para pekerja tambang dan pabrik.
Isu Lingkungan
Isu masalah lingkungan kerap menjadi sorotan di tengah kegiatan penambangan, di mana di dalamnya mencakup dengan kondisi air. Hal itu berlaku pula untuk Pulau Obi.
detikcom menyempatkan diri untuk melihat kondisi Mata Air Kawasi yakni salah satu sumber air yang memasok kebutuhan masyarakat sekitar. Lokasinya berada di sekitar kawasan industri.
Mata Air Kawasi dilindungi pagar besi. Untuk melihat kondisi air secara jelas, perlu melewati pagar tersebut.
Air dari Mata Air Kawasi berasal dari tanah. Berdasarkan pengamatan, air dari sumber air itu tampak bening.
![]() |
Air tersebut sama sekali tidak berwarna dan tidak berbau. Di sumber air itu tampak paralon-paralon sebagai media untuk mendistribusikan air ke masyarakat.
Tentu saja, butuh pembuktian jika air tersebut tidak terpengaruh oleh aktivitas tambang dan pengolahan dari kawasan industri.
Simak juga Video 'Luhut ke IMF soal Larangan Ekspor Raw Material: Kalian Jangan Macam-macam':