Tak Cuma Angkutan Darat, Pesawat Juga Harus Pakai Energi Bersih

Tak Cuma Angkutan Darat, Pesawat Juga Harus Pakai Energi Bersih

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 25 Mei 2023 17:27 WIB
Wide-angle view of a modern aircraft gaining the altitude outside the glass window facade of a contemporary waiting hall with multiple rows of seats and reflections indoors of an airport terminal El Prat in Barcelona
Foto: Getty Images/iStockphoto/skyNext
Jakarta -

Indonesia National Air Carriers Association (INACA) mendorong pemerintah agar bisa mengoptimalkan penggunakan Sustainable Aviation Fuel (SAF) pada industri penerbangan di Tanah Air.

Ketua INACA, Denon Prawiraatmadja mengungkapkan sebagai negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara, Indonesia membutuhkan transportasi udara optimal, hal ini untuk mendukung dan meningkatkan perekonomian nasional.

"Saat ini ada 451 armada penerbangan yang dimillikin oleh industri penerbangan nasional dan SAF merupakan hal yang penting dan perhatian kita semua. Memang di beberapa bagian di sektor penerbangan sudah menerapkannya, namun kami berharap saat ini dapat dioptimalkan penerapan green energy dan clean energy secara bertahap sehingga di tahun 2045 sudah dapat dilakukan secara penuh," kata Denon dalam siaran pers, Kamis (25/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

DIa mengungkapkan di beberapa negara di Asia telah serius menerapkan SAF atau Bahan Bakar Penerbangan berkelanjutan. Seperti di Korea Selatan yang mengubah undang-undang pada tahun 2023 untuk memungkinkan adopsi bahan bakar biologi laut pada tahun 2025 dan SAF pada tahun 2026.

Lalu di Jepang yang menargetkan penggunaan SAF 10% pada tahun 2030, dimana hal ini diumumkan oleh anggota parlemen Jepang pada Desember 2021.

ADVERTISEMENT

Tidak hanya itu, kata Denon, di China menargetkan 50 ribu ton penggunaan SAF dan saat ini telah dilakukan pengujian kinerja SAF terhadap sertifikasi kelaikan udara, eksplorasi jalur baru untuk pengembangannya. Lalu di India yang tengah mempertimbangkan penggunaan SAF di sektor penerbangannya.

"Dan kita akui untuk Indonesia sendiri telah bersiap menerapkan SAF dimana direncanakan pada tahun 2025 bisa menggunakan SAF sebanyak 5%. Hal ini sangat bagus dan kami siap mendukungnya sehingga pada tahun 2045, industri penerbangan kita bisa secara optimal menggunakan SAF," ujar dia.

Denon juga mengatakan bahwa Asia akan menjadi rumah bagi produsen terbesar dari SAF, tentu hal ini menjadi pangsa pasar bagi Indonesia agar kita mampu menyediakan SAF di lahan kita sendiri. Dan hal ini menjadi kunci agar keberlangsungan transportasi nasional kita menjadi pemenang industri domestik.

"Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan kolaborasi dengan semua pihak, antara pemerintah BUMN dan swasta agar bisa menghadirkan bahan bakar ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sehingga hal ini dapat membuat industri penerbangan yang sehat, serta menghasilkan clean energy yang didukung oleh ekosistem yang baik seperti electric vehicle dan green airport serta semua ekosistem yang menunjang ekosistem dan industri penerbangan nasional," jelas Denon.

(kil/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads