Singapura memasang target ambisius nol emisi karbon pada tahun 2050. Target tersebut 10 tahun lebih cepat daripada yang dipasang Indonesia.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah Singapura saat ini tengah mencari pasokan-pasokan energi terbarukan dari sejumlah negara. Indonesia menjadi salah satu negara tersebut.
Menko Pertahanan Nasional Singapura, Teo Chee Hean mengatakan target ini harus dicapai pemerintah karena ingin memastikan keberlanjutan bagi masyarakat. Singapura dengan luas wilayahnya yang sangat kecil dibandingkan negara lain butuh usaha lebih ekstra untuk memastikan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Singapura mengambil misi keberlanjutan lingkungan sebelum menjadi tren seperti sekarang. Pemimpin pendiri kami Bapak Lee Kuan Yew sangat jelas menegaskan bahwa pulau kecil ini adalah satu-satunya yang kami miliki, dan jika kami tidak merawatnya dengan baik, tidak ada tempat lain yang bisa kami tuju." kata Teo saat berbincang dengan awak media di kantornya beberapa waktu lalu.
Dia bercerita bagaimana pemimpin terdahulu Singapura berusaha membangun negeri kecil tersebut menjadi seperti sekarang. Hal itu pun menjadi tanggung jawab yang harus diteruskan ke generasi berikutnya.
"Saya masih ingat ketika masih kecil, sungai kami masih tercemar, pabrik kami mengeluarkan asap. Bahkan Anda bisa mencium baunya dari cukup jauh. Selama bertahun-tahun, kami perlahan membersihkannya. Sungai kami sekarang bahkan yang tepat di tengah kota, Anda bisa minum airnya." kata Teo.
"Kami telah berurusan dengan banyak industri yang mencemari, dan kami telah menyusun standar polusi yang sangat tinggi. Untuk emisi air, kami memiliki sistem saluran pembuangan sepenuhnya, sehingga pembuangan air kami sangat bersih sehingga kami menggunakan pembuangan dari sistem pembuangan limbah untuk mendaur ulang dan memurnikan dengan standar yang dapat diminum. Kami mencoba yang terbaik untuk menjaga lingkungan karena hanya ini yang kami miliki, dan inilah pendekatan yang kami ambil." lanjut dia.
Baca juga: Singapura Bersiap Hadapi Pandemi Selanjutnya |
Sumber daya Singapura yang minim membuat negara berpenduduk 5,8 juta orang ini harus menjalin kerja sama dengan negara lain dalam menyediakan sumber energi bersih. Singapura juga siap membeli kredit karbon dari negara lain untuk mencapai target ini.
"Untuk kredit karbon, kami sudah memiliki perjanjian dengan sejumlah negara berbeda. Karena kredit karbon tidak ditentukan secara geografis, kita dapat memiliki kredit karbon dengan negara-negara di mana pun di dunia, asalkan mereka memiliki integritas, verifikasi, dan standar yang baik." jelas Teo.
Sementara untuk impor listrik bersih, saat ini Singapura sedang menjajaki peluang dengan sejumlah negara, termasuk Indonesia. Dia bilang, kerja sama harus dilakukan dengan prinsip saling menguntungkan. Rencana impor juga dilakukan dari negara ASEAN lainnya hingga Australia.
"Ada beberapa diskusi yang sedang berlangsung antara konsorsium yang berbeda tentang bagaimana kita meyakinkan Indonesia untuk mengekspor listrik, dan bagaimana konsorsium meyakinkan kita bahwa ini adalah opsi yang layak, biaya yang masuk akal, dan keandalan. Ini kerja sama dua arah, jadi kesepakatannya pasti win-win." kata Teo.
Sebagai informasi, sat ini lebih dari 95% bauran energi Singapura masih berasal dari gas alam, bentuk bahan bakar fosil terbersih. Indonesia sendiri juga merupakan salah satu pemasok gas alam terbesar ke Singapura.
(eds/acd)