Pengusaha hulu minyak dan gas bumi (migas) Indonesian Petroleum Association (IPA) mengeluh kesulitan mencari rig. Kalaupun ada, harganya pun melambung tinggi.
Vice President IPA, Ronald Gunawan mengkonfirmasi jika rig sedang sulit dicari.
"Jadi yang dibilang SKK Migas betul ya, 100% betul, 1.000% betul," katanya di Jakarta, Kamis (20/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, hal itu merupakan dampak pandemi COVID-19. Dia mengatakan, ketika pandemi kegiatan hulu migas mengalami penurunan.
Kemudian, ketika pandemi bisa dikendalikan, industri hulu migas migas mulai bangkit. Namun, untuk mengaktifkan kembali rig ini perlu waktu. "Akibatnya permintaan supply dan demand problem," katanya.
Dia bilang, harga sewa rig mengalami peningkatan. Meski begitu, ia tak menerangkan secara detail.
Sebelumnya, Direktur Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo mengatakan, terbatas pendukung membuat sumur yang dibor tahun ini diramal di bawah target.
"Outlook kita dengan segala kendala pendukungnya yang sangat terbatas mungkin kita hanya bisa sampai 864 sumur yang bisa akan kita selesaikan dari 991 yang kita planning di dalam WP&B," ujarnya.
Hal ini tentu disayangkan. Wahju mengatakan, pengeboran ini mendatangkan investasi.
"Tentu ini sangat disayangkan seharusnya investasi kalau anggap saja 1 sumur US$ 2 juta atau US$ 3 juta, dikali ada 100 lebih sumur itu kan ada US$300-400 juta investasi yang tidak bisa dikucurkan di hulu migas," katanya.
(acd/ara)