Faisal Basri Jawab Hitungan Jokowi Soal Hilirisasi Nikel Untungkan RI

Faisal Basri Jawab Hitungan Jokowi Soal Hilirisasi Nikel Untungkan RI

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 11 Agu 2023 10:55 WIB
Ekonom dan politikus
Faisal Basri/Foto: Muhammad Ridho

Sementara itu, hampir separuh ekspor HS 72 adalah dalam bentuk ferro alloy atau ferro nickel. Ada pula yang masih dalam bentuk nickel pig iron dan nickel mate. Hampir semua produk-produk itu tidak diolah lebih lanjut, melainkan hampir seluruhnya diekspor ke China.

Sejauh ini menurutnya tidak satu pun pabrik smelter yang berada di Sulawesi telah memproduksi baterai untuk kendaraan listrik atau besi baja sebagai finished products. Rel untuk kereta cepat saja seluruhnya masih diimpor dari China.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di China, produk-produk seperempat jadi itu diolah lebih lanjut untuk memperoleh nilai tambah yang jauh lebih tinggi. Lalu, produk akhirnya dijual atau diekspor ke Indonesia. Dalam porsi yang jauh lebih rendah adalah semi-finished products," beber Faisal Basri.

Faisal Basri menilai nilai tambah yang mengalir ke perekonomian nasional tak lebih dari sekitar 10%. Pasalnya, hampir semua smelter nikel milik pengusaha China. Karena dapat fasilitas tax holiday, tak satu persen pun keuntungan itu mengalir ke Tanah Air.

ADVERTISEMENT

Belum lagi, hampir seratus persen modal berasal dari perbankan China, dengan begitu pendapatan bunga juga hampir seluruhnya mengalir ke China.

Ditambah lagi bila bicara tenaga kerja, Faisal Basri mengungkapkan banyak di antara pekerja smelter nikel yang bukan tenaga ahli. Bahkan, di antaranya ada juru masak, satpam, tenaga statistik, hingga sopir. Kebanyakan tenaga kerja China menggunakan visa kunjungan, bukan visa pekerja.

Salah satu perusahaan smelter China, kata Faisal Basri, membayar gaji antara Rp 17-54 juta. Sedangkan rata-rata pekerja Indonesia hanya digaji jauh lebih rendah atau di kisaran upah minimum. Dengan memegang status visa kunjungan, bisa jadi pekerja-pekerja China itu tidak membayar pajak penghasilan.

"Akibatnya muncul kerugian negara dalam bentuk iuran tenaga kerja sebesar US$ 100 per pekerja per bulan," ujar Faisal Basri.

Nilai tambah yang dinikmati perusahaan smelter China semakin besar karena perusahaan smelter China membeli bijih nikel dengan harga super murah. Faisal Basri bilang sangat bermurah hati menetapkan harga bijih nikel jauh lebih rendah dari harga internasional.


(hal/ara)

Hide Ads