Proses transisi energi fosil menuju energi terbarukan membutuhkan dana investasi yang tidak sedikit. Bahkan untuk mempercepat transisi energi di Indonesia setidaknya membutuhkan investasi hingga US$ 1 triliun di tahun 2060 untuk pembangkit EBT dan transmisi. Dari investasi tersebut, apakah masyarakat bisa mendapatkan energi bersih dengan harga murah?
PT Pertamina (Persero) optimistis energi bersih bisa diakses dengan harga yang murah bagi masyarakat. Sebab sudah ada tolak ukur dari sejumlah negara, salah satunya dari Timur Tengah.
"It's possible. Jadi dari sisi partnership saya sudah benchmarking di middle east mereka bisa bikin dari solar less than 1 cent. Ada proyek itu. Jadi jawabnya mungkin karena ada bukti nyata," kata Direktur Utama Pertamina Power & NRE (PT Pertamina Power Indonesia) Dannif Danusaputro di sela-sela, ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF), Jakarta, Rabu (6/9/2023).
Namun, untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya penerapan teknologi yang cukup modern. Sehingga harga energi baru terbarukan (EBT) bisa lebih terjangkau oleh masyarakat.
"Tapi memang proyek itu sekala mega proyek. Efisiensinya besar teknologi advance, intinya bisa," tutupnya.
Sebagai informasi tambahan, AIPF hari kedua turut dihadiri oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati yang mengisi sesi Green Infrastructure and Resilient Supply Chain dan Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini di sesi Prospect of Green Infrastructure Investment Across Different Areas of the Indo-Pacific.
Simak Video "Hari Lingkungan Hidup 2025: Pertamina Tampilkan Teknologi Ramah Lingkungan dari Desa"
(prf/ega)