Bos Pertamina Pamer Sukses Kurangi Emisi Karbon hingga 31%

Bos Pertamina Pamer Sukses Kurangi Emisi Karbon hingga 31%

Ilyas Fadilah - detikFinance
Kamis, 07 Sep 2023 16:30 WIB
Dirut PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (kanan) didampingi moderator sekaligus BBC Asia Business Correspondent Nick Marsh menyampaikan paparan saat menjadi pembicara dalam CEO Talk dengan tema Mengembangkan infrastruktur hijau di Indo-Pasifik pada hari kedua ASEAN-Indo-Pacific Forum 2023 di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (6/9/2023). ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Galih Pradipta/aww.
Dirut PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati/Foto: ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Jakarta -

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati memamerkan capaian perusahaan yang berhasil mengurangi emisi karbon hingga 31% pada tahun lalu. Menurutnya, capaian dekarbonisasi ini tak lepas dari metode menyeluruh yang diterapkan pemerintah.

"Inisiatif dekarbonisasi ini metodologinya holistik. Kita sangat bangga, kita berhasil mengurangi 31% emisi karbon dari proses internal hulu dan hilir, dan ini tetap berlanjut," katanya dalam acara Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023 di Park Hyatt, Jakarta Pusat, Kamis (7/8/2023).

Nicke menambahkan, pihaknya berkomitmen mengembangkan dan meningkatkan portofolio bisnis perusahaannya di sektor energi hijau. Salah satunya terkait pengembangan energi hijau seperti geothermal atau panas bumi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nicke menyebut potensi geothermal sangat besar dan harus dimanfaatkan. Dalam 3-4 tahun ke depan Pertamina siap menambah kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi.

"Kita mengembangkan dan meningkatkan portofolio perusahaan, seperti geothermal. Kita punya potensi panas bumi yang sangat besar. Ini harus kita tingkatkan hingga dua kali lipat dalam 3-4 tahun ke depan," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Hal ini, kata Nicke, tak lepas dari upaya Pertamina mendukung target nol emisi karbon pada 2060 lewat energi bersih. Namun menurutnya, untuk mengembangkan energi bersih diperlukan juga dukungan dari Pemerintah.

Regulasi yang baik bakal meningkatkan permintaan dari konsumen. Dengan permintaan yang banyak pada akhirnya investor pun tertarik bekerja sama.

"Jadi regulasi dibutuhkan untuk menciptakan permintaan. Contohnya di Indonesia, biodiesel memiliki mandat lewat peraturan. Jadi permintaannya terus meningkat. Ketika ada permintaan, investasi juga masuk. Jadi kita membutuhkan itu," pungkasnya.

(ily/ara)

Hide Ads