PT Pertamina (persero) terus berupaya mendukung pemerintah untuk mengakselerasi transisi energi ke energi hijau. Tujuannya adalah untuk mewujudkan Net Zero Emission (NZE) atau nol emisi karbon.
Untuk mewujudkan hal itu, Pertamina berusaha untuk memaksimalkan potensi energi baru yang bisa dikembangkan. Salah satunya adalah dengan membuka peluang kerja sama melalui ASEAN Indo-Pacific-Forum (AIPF) 2023 pada 5-6 September 2023.
Direktur Utama Pertamina Power & New Renewable Energy/NRE (PT Pertamina Power Indonesia), Dannif Danusaputro mengungkapkan saat ini pihaknya telah menginisiasi 8 pilar transisi energi. Adapun 8 energi tersebut terdiri dari Green Refinery, Bio-Energy, Geothermal, Hydrogen, Gasification, EV Battery & ESS, New Renewable Energy, dan Circular Carbon Economy.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan untuk mewujudkan transisi energi, Indonesia kerap membicarakan berbagai tantangan. Padahal, selain tantangan juga diperlukan membicarakan peluang.
"Kita banyak bicara soal tantangan, tapi kita suka lupa bicarakan peluang. Jangan lihat problemnya, tapi peluangnya. Kesempatannya sangat besar sekali untuk mengembangkan transisi energi," ujar Dannif dalam keterangan tertulis, Jumat (8/9/2023).
Dannif melanjutkan saat ini Indonesia memang masih menghadapi tantangan untuk membuat program skala besar yang juga bankable. Selain itu, Indonesia juga mampu menghasilkan energi yang terjangkau.
Namun, selain tantangan terkait pembiayaan untuk pengembangan transisi ke energi hijau, Indonesia membutuhkan teknologi pendukung, kebijakan, dan regulator yang masih harus dipenuhi.
Diketahui, hal ini dibahas oleh Dannif dalam AIPF yang telah berlangsung di Hotel Mulia pada 5-6 September 2023. Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, dan Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini.
(prf/ega)