Kemenko Marves Sebut Banyak Investor Baterai EV yang Kepincut RI

Kemenko Marves Sebut Banyak Investor Baterai EV yang Kepincut RI

Retno Ayuningrum - detikFinance
Rabu, 13 Sep 2023 17:52 WIB
Petugas berkeliling menggunakan sepeda untuk memeriksa mobil di pool kendaraan listrik yang akan digunakan selama pelaksaan KTT ke-43 ASEAN di Kawasan Gelora Bung Karno Jakarta, Minggu (3/9/2023). ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Risa Krisadhi/pras.
Ilustrasi kendaraan listrik - Foto: ANTARA FOTO/Risa Krisadhi
Jakarta -

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengungkapkan banyak investor ekosistem baterai listrik yang berminat berinvestasi di Indonesia.

Asisten Deputi Pertambangan, Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Kemenko Marves Tubagus Nugraha para investor tersebut berasal dari Asia, Eropa, dan Amerika Serikat (AS).

"Ini ada beberapa contoh investor yang masuk dari BKPM, mainnya gede-gede. Bagaimana pembiayaan ke dalam negeri nanti kita pikirkan," ujarnya dalam Seminar Nasional Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) Insentif untuk Kredit/Pembiayaan Sektor Hilirisasi, Rabu (13/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan antara lain LG Energy Solution berinvestasi sebesar US$ 5 miliar atau sekitar Rp 76,8 triliun (kurs Rp 15.379), INBC asal UK sebesar US$ 9 miliar atau sekitar Rp 138,2 triliun, Foxcon asal Taiwan sebesar US$ 8 miliar sekitar Rp 122,9 triliun, CATL asal China sebesar US$ 5,2 miliar atau sekitar Rp 79,8 triliun, CNGR asal China sebesar US$ 5 miliar atau sekitar Rp 76,8 triliun.

Kemudian ada juga Ford-Vale asal Brazil sebesar US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 69,1 triliun, PowerCo asal Jerman US$ 2-3 miliar atau sekitar Rp 30,7 triliun - Rp 46 triliun, BASF-Eramet asal Jerman US4 2,2-2,5 miliar atau sekitar Rp 33,8 triliun - Rp 35,3 triliun, Haillang Copper asal China US$ 350 juta atau sekitar Rp 5,37 miliar.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut lagi, dalam upaya mendorong perkembangannya, Indonesia sudah menyiapkan regulasi dan fasilitas insentif untuk hilirisasi nikel. Di antaranya larangan ekspor biji nikel dengan kadar kurang dari 1,7%, kewajiban untuk mengelola dan memurnikan biji nikel dalam negeri, percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk transportasi lain, harga penjualan khusus biji limonit sebagai bahan baku baterai, penurunan royalti untuk biji limonit dari 10% menjadi 2%, intensif bea masuk atas importasi komponen berbasis baterai, intensif bea masuk dalam rangka penanaman modal.

"Secara regulasi fasilitas insentif secara end to end sudah kita siapkan dari hulu sampai ke hilir. tentunya harapannya banyak dan tinggi. Sudah kita siapkan secara end to end. Semua sudah siapkan dari hulu, upstream, mainstream, sampai ke downstream, sudah kita pikirkan. Kerangka regulasi yang dibutuhkan sudah termasuk," jelasnya.

Dia juga menambahkan Indonesia terus melakukan upaya untuk mengembangkan rantai nilai EV dan berusaha mengembangkan dari awal sampai akhir, mulai dari sumber dan pemesanan bahan baku, hingga distribusi barang ke konsumen sampai proses daur ulangnya.

"Nanti barangnya, baterai bekasnya datang ke Indonesia kita olah lagi, kita ambil mineral lagi. Jadi kita bicara dari tambang sampai ke jadi baterai sampai bahan baku di-recycling," ujarnya.

Lebih lanjut lagi, meskipun Indonesia mempunyai 7 juta ton kapasitas besi baja, pasokan bahan bakunya ada yang berasal dari luar negeri. Misalnya, Australia yang memasok bahan baku lithium.

Lihat juga Video 'Jokowi Groundbreaking Pabrik Bahan Baku Baterai Terbesar di Asia Tenggara':

[Gambas:Video 20detik]

(kil/kil)

Hide Ads