Indonesia menghadapi tantangan di tengah upaya dalam mempercepat transisi energi. Yakni berkaitan dengan pengelolaan energi yang berimbang, atau dikenal dengan konsep trilema energi.
Istilah ini merujuk pada bagaimana menyeimbangkan ketahanan dan keamanan energi, keterjangkauan, serta keberlanjutan.
Merespons hal ini, Wakil Ketua Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Nanang Abdul Manaf mengatakan pihaknya mewakili pemerintah mengembangkan rancangan strategis IOG 4.0 yang mencakup target ketahanan energi dengan menggenjot produksi minyak 1 juta barel dan gas 12 miliar kaki kubik per hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Visi kami bagaimana menjaga ketahanan energi RI. Apalagi dengan angka pertumbuhan ekonomi lebih dari 5% pada tahun ini, yang berkorelasi dengan kenaikan permintaan energi di masa depan," paparnya di hari ketiga perhelatan The International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) ke-4 di Nusa Dua, Bali, Jumat (22/9/2023).
Di samping menggencarkan produksi migas di RI, kata dia, SKK Migas juga berupaya menekan emisi melalui inisiatif rendah karbon, salah satunya melalui pengembangan CCS/CCUS.
Adapun langkah ini dalam rangka mewujudkan target NZE pada tahun 2060 atau lebih cepat.
"Ini keseimbangan di dua sisi tetap agresif, selektif, dan masif dalam menghasilkan migas, di sisi lain bagaimana melindungi lingkungan dengan inisiatif rendah karbon," katanya.
Sebagai informasi, IOG 2023 diselenggarakan oleh SKK Migas. Acara ini akan diadakan selama 3 hari penuh, yakni pada 20-22 September 2023, dengan mendatangkan sekitar 3.000 peserta dari 17 negara.
(ega/ega)