PT Pertamina (Persero) baru saja melakukan penyesuaian harga BBM non subsidi. Harga Pertamax naik dari sebelumnya Rp 13.300 menjadi Rp 14.000 per liter.
Hal itu membuat selisih harga antara Pertamax dan Pertalite yang merupakan BBM penugasan semakin lebar. Saat ini, Pertalite dibanderol dengan harga Rp 10.000 per liter yang artinya selisih harga kedua BBM tersebut Rp 4.000 per liter.
Kondisi seperti inilah yang pernah dikhawatirkan Menteri ESDM Arifin Tasrif. Sebab, hal itu bisa mendorong masyarakat memakai Pertalite.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu disampaikan Arifin ketika menanggapi harga minyak mentah Brent yang terus naik beberapa waktu lalu. Kala itu, harga Brent menembus US$ 93,70 per barel atau rekor tertinggi sepanjang tahun ini.
Arifin Tasrif mengatakan, kenaikan harga minyak telah memicu kenaikan harga BBM non subsidi. Arifin mengatakan, kondisi ini bisa memicu masyarakat untuk menggunakan BBM bersubsidi Pertalite.
Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat khususnya yang mampu tidak masuk ke sektor subsidi. Ia meminta agar masyarakat tetap menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan.
"Kemarin kan sudah lihat, yang non subsidi kan udah pada naik tuh. Ini juga nanti akan mendorong pakai yang Pertalite kan. Kita harapkan, kita imbau supaya jangan masuk sektor subsidi," katanya di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (15/9/2023) lalu.
"Yang berkendara ini juga banyak dari segmen mampu, seharusnya bisa lah mengkonsumsi BBM yang lebih ramah lingkungan," katanya.
(acd/rrd)