Menteri Perminyakan dan Gas Alam India Hardeep Singh Puri mewanti-wanti dunia bahwa akan ada 'kekacauan' apabila harga minyak tembus di atas US$ 100 per barel.
Adapun saat ini harga minyak dunia tengah berada dalam tren kenaikan. Walau demikian, menurutnya negara-negara Asia Selatan punya posisi yang baik dalam menghadapi kenaikan biaya ini.
"Jika harganya melebihi US$ 100, hal ini tidak akan menguntungkan negara produsen atau kepentingan siapa pun. Anda akan mengalami kekacauan yang besar dan terorganisir," katanya saat panel di konferensi minyak dan gas ADIPEC, dikutip dari CNBC International, Kamis (5/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Anda tidak perlu khawatir mengenai dampaknya terhadap India. India adalah negara dengan perekonomian besar yang memiliki banyak produksi dalam negeri. Kami akan menguranginya, kami akan melakukan sesuatu atau yang lain," sambungnya.
Pekan lalu, harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari setahun dengan harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS mencapai US$ 95,03 per barel. Kini harga minyak telah turun kembali, berada pada posisi US$ 89,44 per barel pada perdagangan Rabu pagi di Asia.
Meskipun Puri yakin bahwa India dapat mengendalikan harga yang lebih tinggi, ia tetap memperingatkan bahwa negara-negara lain berkemungkinan tidak dapat melakukan hal yang sama.
"Saya khawatir dengan apa yang terjadi di negara-negara berkembang lainnya. Hal ini benar-benar mengkhawatirkan," kata Puri.
Selain itu, ia juga memperingati akan dampak berkelanjutan yang bisa terjadi, termasuk di antaranya pada kenaikan harga kebutuhan. Adapun kenaikan harga-harga dalam 18 bulan terakhir ini telah menyebabkan 100 juta orang terjerat dalam kemiskinan.
"Mereka harus beralih dari bahan bakar gas dan memasak yang harganya terjangkau (menjadi) kayu basah, batu bara, atau apa pun yang bisa mereka peroleh. Itulah masalahnya," ujar dia.
Puri juga sempat mengatakan lewat akun pribadinya di X, platform yang dulunya Twitter, bahwa produsen minyak perlu menyadari kesulitan yang dihadapi negara-negara konsumen.
"Selama pandemi, ketika harga minyak mentah anjlok, dunia bersatu untuk menstabilkan harga agar berkelanjutan bagi produsen. Sekarang, ketika dunia berada di titik puncak resesi dan perlambatan ekonomi, produsen minyak perlu menunjukkan kepekaan yang sama terhadap negara-negara konsumen," katanya dalam unggahan tersebut.
Lihat juga Video 'Virus Nipah di India Makan 2 Korban Jiwa':