Ini Cara Pertamina Hulu Energi WMO Perkuat Ekonomi Masyarakat Bayusangka

Ini Cara Pertamina Hulu Energi WMO Perkuat Ekonomi Masyarakat Bayusangka

Mega Putra Ratya - detikFinance
Kamis, 26 Okt 2023 16:14 WIB
PHE WMO
Foto: PHE WMO
Jakarta -

PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) memiliki misi ganda pengembangan masyarakat di Desa Banyusangka, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Tak hanya memperkuat perekonomian masyarakat lokal melalui produksi garam, perusahaan juga berusaha menjaga lingkungan pantai agar tetap bersih berseri.

Semua berawal dari program Tretan Berseri Salt Center Terintegrasi (Masyarakat-Terampil-Tangguh-Berinovasi-Sejahtera-Mandiri) pada 2018.

"Kami ingin berkontribusi memecahkan problem garam nasional meskipun tidak massif. Bersama masyarakat kami mencoba berkontribusi menyelesaikan problem pada saat tertentu, saat garam mengalami kelangkaan yang membuat kita mengimpor garam," kata Head of Communication Relation and CID Zona 11 PHE WMO Ulika Trijoga Putrawardana dikutip Kamis (26/10/2023)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyusangka adalah lokasi sempurna untuk misi itu. Kendati berada di pesisir pantai dan sekitar 79 persen dari 3.242 penduduknya menggantungkan nasib pada mata pencarian di laut, ternyata garam untuk mengolah hasil laut susah dicari di Banyusangka. Ketua Badan Usaha Milik Desa Ahmad Bukhori Muslim mengatakan, tidak ada petani garam di desa itu.

"Para nelayan harus membeli garam di desa lain yang jauh untuk mencukup kebutuhan," katanya.

ADVERTISEMENT

Banyusangka menjadi wajah Madura yang mulai kehilangan predikat Pulau Garam. Kendati menjadi pusat produksi nasional, masyarakat Madura belum bisa memenuhi permintaan nasional. Sebut saja Bangkalan yang ditargetkan memproduksi empat ribu ton, ternyata pada 2022, hanya bisa memenuhi 740 ton.

Problem utamanya adalah ketiadaan inovasi dalam pengolahan, karena petani garam lebih memilih pendekatan tradisional tanpa modernisasi, sehingga ketergantungan terhadap alam sangat tinggi.

"Petani garam saat musim hujan berhenti total," kata Bukhori.

Tahun 2018, program Tretan Berseri Salt Center Terintegrasi dimulai namun tak berjalan lancar, karena persoalan di internal pengurus kelompok yang menangani. Setelah semua kegiatan di Indonesia terpukul karena pandemi, Badan Usaha Milik Desa Wijayakusuma yang diajak bekerja sama pun mulai berkonsolidasi bersama PHE WMO pada 2021.

Program kembali dilaksanakan pada 2022. Manajer PHE WMO Field Markus Pramudito menjelaskan, ada tiga kegiatan yang dilakukan yakni penerapan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas garam, melakukan diversifikasi produk garam, dan eduwisata garam.

Ada tiga teknologi tepat guna yang digunakan, yakni roughing filter, rumah garam, dan mini washing plant atau alat cuci garam. Roughing filter untuk membersihkan polutan pengotor air baku garam. Rumah garam untuk memproduksi garam. Sementara mini washing plant digunakan untuk mencuci, mengeringkan, dan menghaluskan kristal garam dengan memisahkannya dari bahan pengganggu.

Rumah garam terintegrasi berbeda dengan rumah garam tradisional yang tidak bisa memanen garam saat hujan. PHE WMO pun berinovasi dengan memanfaatkan limbah padat non B3 di perusahaan yang tidak terpakai. Mereka membuat rumah garam bongkar pasang dengan konstruksi yang lebih kuat.

Penerapan teknologi membuat kristal garam yang dipanen lebih halus, bersih, kadar NaCl meningkat dari 56,12 persen menjadi 94,07 persen. Sementara itu diversifikasi produk garam seperti pembuatan bumbu dendeng, sabun cuci, garam relaksasi, eco detergent, dendeng ikan, vanilla sea salt, permen karet, cabe garam, dan bumbu tabur bangkok melibatkan para wanita di desa.

"Pertamina juga memberi pelatihan diversifikasi garam, bagaimana caranya garam bisa jadi produk lain. BUMDes menyediakan modal untuk ibu-bu itu. Produk mereka dijual BUMDEs kepada konsumen," kata Bukhori.

Nelayan Banyusangka tak lagi kesulitan mencari garam. Perekonomian pun bergerak di desa itu.

Program ini juga menghidupkan eduwisata atau wisata edukasi bagi pelajar. Melalui salt center, PHE WMO memperkenalkan proses pembuatan garam ke sekolah-sekolah melalaui kunjungan lapangan langsung maupun dengan menggunakan modul belajar yang telah dibuat. Kegiatan ini merupakan inovasi dan terobosan baru yang dikembangkan untuk memperluas pengetahuan pengelolaan garam rakyat.

Program Salt Center juga mengubah cara berpikir dan orientasi masyarakat tradisional pembuat garam, dari yang terbiasa individual menjadi berorganisasi dan menyelesaikan persoalan bersama kelompok.

"Mereka mau menerima perkembangan teknologi," kata Ulika.

Program ini juga menjadi pusat jejaring antarpelaku garam di sekitar desa, termasuk petani tradisional. Pengelolaan distribusi garam dilakukan secara terpusat melalui BUMDes Wijayakusuma dan kerja sama dengan petani garam di wilayah desa lainnya untuk pencucian garam dan penjualan garam rakyat. Ini menjadi hal baru dari pengembangan program tersebut.

Tahun ini Salt Center juga menggunakan teknologi ulir filter sebagai metode produksi garam dengan memodifikasi petak produksi garam untuk mempercepat air dan proses kristalisasi garam.

"Kami juga melakukan pelatihan pengenalan cuaca menggunakan sumber daya lokal untuk menjawab persoalan ketidakmenentuan cuaca yang terjadi, sehingga membuat petani garam dan petani lainnya ragu-ragu dalam proses pertanian," kata Markus Pramudito.

Pelatihan ini melibatkan Universitas Trunojoyo Madura. PHE WMO berbagi pengetahuan dalam pemanfaatan data-data kelautan untuk prediksi cuaca. Dengan adanya kegiatan pelatihan cuaca tersebut, kelompok diharapkan dapat mengidentifikasi indikasi cuaca melalui jenis awan yang terbentuk serta arah angin.

Memperkuat program Salt Center, tahun ini PHE WMO meluncurkan program Siram Berbakat yang merupakan akronim dari Kristalisasi Garam Berbahan Bakar Briket Rakyat. Melalui program ini, PHE WMO mengampanyekan daur ulang sampah untuk bahan bakar mesin produksi garam.

"Selama ini kami melihat Banyusangka memiliki tempat pengolahan ikan dan masalah sampah menumpuk yang sebenarnya sampah tersebut dapat dikelola untuk menjadi briket," kata Ulika.

PHE WMO bekerja sama dengan Rumah Daur Ulang Dinas Lingkungan Hidup Bangkalan untuk mengelola sampah di Banyusangka menjadi briket. Ada potensi pemanfaatan sampah hingga 15 ton per bulan. Timbulan sampah pun berkurang sejak program ini dilaksanakan pada Juli 2023.




(mpr/ega)

Hide Ads