Pengawas Internal SKK Migas, Eko Indra Heri menyebut jumlah tenaga kerja asing (TKA) di industri hulu migas terus mengalami penurunan. Menurutnya penurunan rasio TKA menunjukkan peningkatan peran tenaga kerja lokal di industri hulu migas.
"Dari rasio TKA dan TKI ini makin bagus. Kita lihat paling tinggi di 2018, 1,34%. Artinya makin banyak orang yang dipercaya, TKI ini untuk di jabatan teknikal maupun manajer, dan seterusnya," ujarnya dalam Forum Kapasitas Nasional III di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (23/11/2023).
Adapun berdasarkan datanya, jumlah TKA di industri hulu migas tahun 2018 adalah 337 orang, atau 1,34% dari jumlah TKI yang sebanyak 24.739. Sementara pada 2019, jumlah TKA adalah 258 atau 1,13% dari jumlah TKI yang sebanyak 22.643.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rasio TKA menurun lagi di 2020, yaitu 200 orang atau 0,94% dari jumlah TKI sebanyak 21.069. Di 2021, jumlah TKA adalah 179 atau 0,91% dari jumlah TKI yang sebanyak 19.501.
Pada 2022 rasio TKA kembali turun menjadi 0,76% atau 145 orang dari jumlah TKI yang sebanyak 18.924. Sedangkan di 2023, jumlah TKA adalah 150 atau 0,79% dari jumlah TKI yang sebanyak 18.941.
Ia menekankan sektor hulu migas tetap memprioritaskan penggunaan TKI sebagai pekerja. Walaupun merekrut TKA maka harus diikuti dengan program transfer teknologi dan pengetahuan kepada TKI.
"Prinsip dasar adalah pertama pengisian posisi pada rencana penggunaan tenaga kerja harus menggunakan TKI," sebutnya.
"Setiap penggunaan TKA harus diikuti dengan program transfer teknologi kepada TKI baik melalui pendampingan dan atau memberikan pelatihan. Jadi itu ada transfer knowledge," tambahnya.
Pada kesempatan itu ia mengingatkan pentingnya penguasaan kompetensi soft skill seperti kemampuan menyelesaikan masalah. Menurutnya kompetensi soft skill sama-sama dibutuhkan seperti halnya teknikal skill, salah satunya untuk mengejar target produksi 1 juta barel minyak per hari pada 2030.
Sayangnya ia menyebut tenaga kerja lokal banyak bekerja di posisi teknikal. Sehingga ia melihat perlu adanya peningkatan soft skill lewat proses yang terus dibangun.
"Tenaga teknikal kita itu ada pada posisi-posisi di bagian teknik banyak sekali. Tapi di atas belum begitu menggembirakan. Ini tugas kita tidak hanya menyiapkan jadi pemimpin, itu nggak bisa tiba-tiba, lewat proses. Teknikal penting, tapi managerial, dalam konteks soft skill perlu juga dibangun. Tidak mudah tapi harus dilakukan," tutupnya.
(ily/kil)