Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menegaskan komitmennya dalam upaya transisi energi di United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Conference of the Parties ke-28 (COP28) di Dubai, Uni Emirat Arab. Pihaknya mengungkapkan sejumlah langkah agresif perseroan dalam mendukung Pemerintah Indonesia mencapai Net Zero Emissions (NZE) di tahun 2060.
Dalam sesi CEO Climate Talks di Indonesia Pavilion, Darmawan mengungkapkan PLN memaparkan skema Accelerating Renewable Energy Development (ARED) untuk mencapai target NZE. Namun menurutnya, perubahan iklim masih menjadi persoalan global karena 1 ton emisi CO2 di Dubai akan menimbulkan dampak kerusakan yang sama dengan 1 ton emisi CO2 di Jakarta.
Untuk itu, ia pun menekankan pentingnya kolaborasi untuk terus maju mewujudkan target NZE. Ia menegaskan transisi energi sangat penting dilakukan Indonesia untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang pesat. Tujuannya, menyediakan energi yang ramah lingkungan dan terjangkau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Transisi energi melalui percepatan pengembangan energi terbarukan juga merupakan peluang bagi kita untuk membangun kapasitas nasional, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, mengentaskan kemiskinan dan pada saat yang sama juga menjaga kelestarian lingkungan," tegas Darmawan dalam keterangan tertulis, Jumat (1/12/2023).
Ia menambahkan, PLN telah merancang skema ARED untuk meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) hingga 480 gigawatt (GW) pada tahun 2060. Bahkan, dalam rencana penambahan kapasitas pembangkit PLN sampai tahun 2040, 75% akan berbasis EBT dan 25% berbasis pada gas.
Menurutnya, ARED akan menjadi agregator utama PLN dalam melakukan inovasi teknologi ramah lingkungan. Inovasi ini dijalankan dari hulu hingga hilir, contohnya pembangunan Upper Cisokan pumped storage berkapasitas 1,040 MW dan PLTS Terapung Cirata berkapasitas 192 MWp di sektor pembangkitan.
Dari sisi transmisi, PLN merencanakan pembangunan green enabling transmission line yang didukung smart grid. Darmawan menjelaskan green enabling transmission line berperan sangat krusial untuk menyalurkan listrik dari lokasi sumber EBT yang terpisah dan terisolasi ke pusat beban di kota-kota besar.
Ia mengaku optimistis upaya ini dapat menjadi jalan keluar untuk mengatasi mismatch beban antar pulau yang mencapai 33 GW.
"Mengapa kita perlu mengembangkan infrastruktur ini? Karena hal ini penting untuk menjaga keseimbangan dalam sistem PLN begitu listrik EBT yang memiliki karakter intermittent masuk. Hal ini sekaligus memungkinkan kami meningkatkan kapasitas sistem dalam menampung listrik EBT dari tenaga angin dan surya hingga 28 GW," tambahnya.
Dari sisi distribusi, PLN tengah menjalin kolaborasi untuk membangun pabrik solar PV, pasar karbon, hingga pembangunan infrastruktur kendaraan listrik.
Kemudian, untuk transisi energi di sektor transportasi, PLN berkolaborasi dengan 23 partner industri otomotif. PLN menargetkan bisa membangun 1.000 charging station dan 1.900 pusat penukaran baterai secepatnya sehingga mendorong pengurangan emisi dari sektor transportasi secara signifikan.
"Event seperti COP 28 ini memberi kita rasa bangga, meyakinkan kita bahwa komunitas global yang sebelumnya terfragmentasi telah bersatu. Di samping itu juga membuat kita percaya, apa pun tantangan yang ada di depan, kita mampu terus bergerak maju untuk memerangi perubahan iklim," jelasnya.
Klik halaman selanjutnya >>>
Simak Video "Presiden Jokowi Bakal Hadiri COP28 di Dubai"
[Gambas:Video 20detik]