Pemerintah berencana mulai mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada 2032 sebagai salah satu sumber energi bersih dalam mendukung target net zero emission (NZE) atau nol emisi karbon.
Lalu, apakah SDM Indonesia siap mendukung target tersebut? Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian ESDM Prahoro Nurtjahjo mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan peningkatan kompetensi SDM yang dibutuhkan tiap-tiap Direktorat Jenderal (Ditjen) Kementerian ESDM. Untuk kebutuhan PLTN, pihaknya akan mempersiapkannya lebih lanjut.
"Kami menyiapkan itu khususnya kalau kita hitung balik nanti kapan dan mulainya nanti," kata Prahoro dalam Konferensi Pers Capaian Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024 BPSDM Kementerian ESDM, Jakarta Selatan, Jumat (19/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu menjadi salah satu diskusi di tempat kami untuk bisa kita release segera mungkin, karena waktu semakin cepat terutama teknologi yang baru, dimana ini perlu persiapan yang lebih matang lagi," sambungnya.
Prahoro mengatakan, hal ini merupakan sesuatu yang baru bagi Indonesia sehingga ada banyak tantangan dalam implementasinya. Selain dari sisi teknologi, masalah juga dihadapkan dari sisi sosial.
Namun demikian, Kementerian ESDM telah menyiapkan beberapa strategi, baik melalui kerja sama dengan luar negeri maupun penyiapan di internal. Dari sisi eksternal, telah ada kerja sama dengan International Atomic Energy Agency (IAEA).
"Beberapa kegiatan yang saat ini sudah berjalan dengan IAEA yang memberikan capacity building dan supporting ke arah sana, dan ini yang perlu yang sudah menjadi rencana kami di BPSDM dalam rangka penyiapan SDM-nya," ujarnya.
Sedangkan dari sisi internal, Kementerian ESDM mendukung dari sisi kebijakan, lalu ada juga kerja sama dengan BRIN yang berkaitan khususnya teknologi. Pihaknya juga terus menggenjot melalui penyediaan tempat magang di tempat-tempat yang memang mempunyai kompetensi di bidang ini.
Di sisi lain, saat ini belum begitu banyak SDM dalam negeri yang menguasai teknik dalam mengelola PLTN itu sendiri. Selain itu, belum begitu banyak kampus dalam negeri yang memfasilitasi pendidikan tenaga nuklir.
"Kemudian perlu lagi apa? Prasarananya. Prasarananya kalau masih, ngomongnya ngomong tinggi, orangnya dituntut tinggi, tapi alatnya masih kuno ngapain? Alatnya harus ikut terupdate juga jadi mengenai pengembangan ESDM sangat bergantung pada metodologi, orang, sama alat," jelasnya, ditemui usai acara.
Upaya genjot SDM di halaman berikutnya.