Harga minyak naik pada Senin (5/2) setelah Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan balasan di Irak dan Suriah. Hal ini meningkatkan risiko bahwa terjadi konflik yang lebih luas di wilayah Timur Tengah.
Dikutip dari CNBC, Selasa (6/2/2024), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2024 naik 50 sen atau 0,69% menjadi US$ 72,78 per barel. Kemudian harga minyak berjangka Brent untuk pengiriman April 2024 naik 66 sen atau 0,85% menjadi US$ 77,99 per barel.
"Tidak ada alasan bagi minyak untuk diperdagangkan negatif pagi ini, mengingat aksi militer yang sedang berlangsung pada akhir pekan di Timur Tengah menguntungkan minyak," kata Direktur Pelaksana Velandera Energy Partners, Manish Raj.
AS melancarkan serangan udara balasan pada Jumat (2/2) terhadap Korps Garda Revolusi Islam Iran dan milisi sekutunya di Irak dan Suriah. Serangan udara yang mengenai lebih dari 85 sasaran itu terjadi sebagai respons atas kematian tiga tentara AS akibat serangan pesawat tak berawak yang dilakukan militan sekutu Iran.
AS dan Inggris juga melancarkan serangan baru pada Sabtu (3/2) terhadap militan Houthi di Yaman. Kelompok Houthi, yang bersekutu dengan Iran telah berulang kali menargetkan pengiriman komersial di Laut Merah.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Timur Tengah untuk mendorong perpanjangan jeda kemanusiaan di Gaza dengan imbalan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas. Blinken akan mengunjungi Arab Saudi, Mesir, Qatar, Israel, dan Tepi Barat minggu ini.
Perang di Gaza telah mendorong AS dan Iran ke ambang konfrontasi langsung, yang menurut para analis dapat mempengaruhi pasokan minyak mentah jika ada gangguan di Selat Hormuz.
"Dengan perekonomian yang kuat seperti itu, kami merasa bisa menjawab pertanyaan kapan harus mulai menurunkan suku bunga dengan hati-hati," kata Ketua The Fed Jerome Powell.
Suku bunga yang lebih rendah biasanya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang berarti permintaan minyak mentah akan lebih kuat. Dolar AS naik ke level tertinggi dalam lebih dari dua bulan karena investor mengurangi ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga.
Simak juga Video: AS: Kami Tak Ingin Perang dengan Iran
(ara/ara)