Pengolahan Tambang Freeport, Jadikan Indonesia Salah Satu Pemain Tembaga Dunia

Pengolahan Tambang Freeport, Jadikan Indonesia Salah Satu Pemain Tembaga Dunia

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 19 Feb 2024 16:15 WIB
Pengolahan Tambang Freeport, Jadikan Indonesia Salah Satu Pemain Tembaga Dunia
Pengolahan Tambang Freeport, Jadikan Indonesia Salah Satu Pemain Tembaga Dunia/Foto: Dok. Freeport Indonesia
Jakarta -

Tembaga merupakan mineral logam tertua yang hadir dalam perkembangan peradaban manusia. Keunikan karakteristik tembaga membuatnya dimanfaatkan hampir di segala sektor kehidupan.

Namun sebelum menjadi tembaga yang dapat dimanfaatkan masyarakat, sebuah proses panjang membentang. PT Freeport Indonesia (PTFI) adalah salah satu perusahaan tambang yang mengelola tambang tembaga terbesar di dunia. Saat ini, PTFI mengoperasikan tiga tambang bawah tanah yang berada pada satu lokasi penambangan Grasberg, di daerah dataran tinggi Mimika.

Ketiga tambang bawah tanah tersebut, adalah Tambang Deep Mill Level Zone (DMLZ), Big Gossan dan Grasberg Block Cave (GBC). Tambang bawah tanah yang dikelola Freeport sendiri merupakan yang terbesar di dunia, dengan tantangan paling kompleks dalam pengelolaannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Produksi tembaga sendiri dimulai dari kegiatan penambangan bawah tanah untuk mengambil bijih mineral atau ore yang mengandung tembaga, emas dan perak. Bijih hasil penambangan kemudian diangkut ke pabrik pengolahan untuk dihancurkan menjadi pasir yang sangat halus. Proses selanjutnya pengapungan menggunakan reagent, bahan yang berbasis alkohol dan kapur, untuk memisahkan konsentrat yang mengandung mineral tembaga, emas dan perak.

Sisa dari proses pengolahan ini, adalah pasir yang tidak memiliki nilai ekonomis. Pasir sisa tambang yang dikenal sebagai tailings ini, ditempatkan ke daerah pengendapan di dataran rendah untuk kemudian dikelola.

ADVERTISEMENT

Konsentrat dalam bentuk bubur disalurkan dari pabrik pengolahan menuju pabrik pengeringan di Pelabuhan Amamapare melalui pipa sepanjang 110 km. Setelah dikeringkan, konsentrat ini kemudian dikirim ke pabrik-pabrik peleburan dan pemurnian (smelter) di dalam maupun luar negeri.

Dalam catatan detikcom, Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas pernah menyampaikan, pada dasarnya Freeport menambang dalam bentuk batuan bijih untuk diolah menjadi konsentrat tembaga, yang juga mengandung emas dan perak.

Meskipun mengandung emas dan perak, konsentrat yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan PTFI lazim disebut konsentrat tembaga. Hal ini karena kandungan mineral tembaga jauh lebih tinggi dari mineral lainnya. Meskipun kandungan emas dan peraknya tidak sedikit, namun emas dan perak merupakan mineral ikutan dari tembaga. Istilah konsentrat tembaga digunakan dalam bisnis pertambangan dunia, yang menjadi barang komoditas mineral yang harga penjualannya ditentukan oleh pasar global (London Metal Exchange/LME).

Sejak 2019, fokus PTFI adalah mengembangkan penambangan bawah tanah atau yang dikenal dengan underground mining dan tidak lagi melakukan kegiatan tambang terbuka (open pit) yang telah berakhir di tahun yang sama.

"Tambang terbukanya sudah selesai tahun 2019 sekarang tinggal tambang bawah tanah," kata Tony Wenas saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII pada 6 Januari 2023.

Tony mengatakan jumlah tonase bijih yang ditambang Freeport per hari rata-rata lebih dari 200 ribu ton. Setiap ton bijih tersebut mengandung tembaga, emas dan perak.

"Dalam 1 ton batuan bijih itu ada kandungan tembaga sekitar 1%, kandungan emas sekitar 1 gram per ton dan kandungan perak sekitar 4 gram per ton. Batuan bijih dihancurkan, kemudian diproses ke pabrik pengolahan," katanya.

Pengolahan Tambang Freeport, Jadikan Indonesia Salah Satu Pemain Tembaga DuniaPengolahan Tambang Freeport, Jadikan Indonesia Salah Satu Pemain Tembaga Dunia Foto: Dok. Freeport Indonesia

Kegiatan penambangan mencakup pengeboran dan peledakan, pengisian dan pengangkutan muatan, serta penghancuran, menghasilkan bijih yang mengandung tembaga. Sementara, pengolahan meliputi kegiatan penggerusan, pengapungan (proses flotasi), dan pengeringan, menghasilkan konsentrat tembaga.

Produk tersebut bisa diolah lagi menjadi produk yang lebih hilir yakni katoda tembaga. Untuk menjadi katoda tembaga, maka konsentrat ini harus melewati proses peleburan dan pemurnian atau yang dikenal dengan 'Smelter'. Saat ini PTFI tengah menyelesaikan pembangunan smelter keduanya yang mulai beroperasi pada Juni 2024, dan akan mencapai kapasitas produksi penuh pada akhir Desember 2024.

Seperti diketahui, kebutuhan tembaga dunia akan terus meningkat seiring perkembangan kemajuan teknologi. Sebanyak 70% produksi tembaga di dunia saat ini banyak dipergunakan untuk bahan penghantar listrik dan berbagai peralatan yang berhubungan dengan kelistrikan. Selain itu, penggunaan renewable energy yang membutuhkan pembangkit baru akan membutuhkan banyak sekali tembaga, sehingga tembaga ke depan sangat menjanjikan dan Indonesia menjadi salah satu pemain tembaga dunia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meninjau pembangunan smelter PTFI di Kawasan KEK JIIPE menilai pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bisa menjadi pijakan Indonesia menuju negara maju.

"Smelter ini pijakan, pondasi untuk kita menjadi negara maju karena dari (negara) yang bertumpu pada konsumsi sekarang pada produksi," ujar Jokowi saat meninjau smelter Freeport di Kawasan JIIPE, Gresik, Jawa Timur, Selasa (20/6/2023).

(acd/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads