Indonesia tengah mendorong penggunaan beberapa jenis bahan bakar kendaraan. Bahan bakar yang tengah didorong penggunaannya antara lain bahan bakar gas (BBG), listrik melalui kendaraan listrik, hingga yang terbaru seperti hidrogen. Lalu, mana yang akan dipilih?
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengatakan, jika mengacu strategi besar energi nasional, langkah pertama adalah mengurangi impor energi fosil dalam hal ini berfokus pada pengurangan BBM jenis bensin untuk kendaraan. Dia mengatakan, semua energi akan didorong dan yang terpenting berkontribusi pada penurunan impor.
"Kita punya program di sana, beberapa tadi yang saya sampaikan seperti peningkatan kapasitas kilang kemudian ada biofuel, ada EV, ada BBG dan juga ada sekarang hidrogen begitu ya. Nah semua ini kita pemerintah mendorong yang penting masing-masing itu bisa berkontribusi terhadap mengurangi impor sampai 0 bensin," katanya di Squawk Box CNBC Indonesia, dikutip Kamis (22/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menerangkan, pemerintah mendorong penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV). PLN juga baru meluncurkan stasiun untuk hidrogen. Kemudian, telah dikembangkan juga biofuel dan BBG.
"Jadi semua itu kita dukung mana yang disukai oleh konsumen mana yang kira-kira lebih bisa berkembang gitu," katanya.
Dia mengatakan, masing-masing negara memiliki selera konsumen yang berbeda. Jepang misalnya mendorong pemanfaatan hidrogen dan hybrid. Sementara, China mendorong kendaraan listrik.
"Karena masing-masing negara atau masing-masing kita konsumen itu punya selera yang beda-beda. Jepang sama Korea misalnya dia akan mengembangkan mobil hidrogen sama hybrid gitu ya. EV itu lebih unggul China ya. Kita lihat di pameran mobil sekarang China itu sangat mendominasi EV ya sekarang sudah 2 juta lebih dia apa namanya menjual kendaraan," ungkapnya.
Jika sudah tak impor, kata Djoko, langkah selanjutnya ialah mendorong industri dalam negeri. Menurutnya, hal itu tidak hanya untuk kepentingan konsumen namun juga untuk penciptaan lapangan kerja.
"Nah kalau sudah tidak impor begitu ya. Langkah kedua adalah bagaimana industri ini yang untuk transportasi itu tumbuh di Indonesia. Jadi kalau China ingin mengembangkan mobil listrik bikin pabriknya di sini, bikin pabrik baterainya di sini. Jepang kalau ingin mengembangkan mobil hybrid atau hidrogen bikin pabriknya di sini, itu tahap berikutnya karena kita tidak hanya sebagai konsumen tapi juga sebagai apa ya penciptaan lapangan kerja gitu di dalam negeri," jelasnya.
Simak juga Video: Timbun 600 Liter BBM Bersubsidi, 3 Pria di Indramayu Ditangkap Polisi