Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, memastikan target Indonesia memproduksi minyak sebanyak 1 juta barel per hari (bph) di 2030 tidak tercapai karena pandemi COVID-19. Alhasil target 1 juta bph diundur dua tahun menjadi 2032.
"Kita sudah melakukan pengkajian, memang kita terganggu dengan pandemi yang 2-3 tahun. Jadi kita masih commit bahwa oke karena ini menjadi permasalahan kemarin, ini akan geser. Jadi kemudian 1 juta itu di 2032. Karena ada pandemi kan," ungkap Dwi dalam agenda IPA Convention & Exhibition di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Selasa (14/5/2024).
Kendati demikian, ia memastikan bahwa SKK Migas terus mendorong wilayah yang memiliki potensi minyak, baik yang berstatus area terbuka maupun sudah merupakan wilayah kerja (WK). Ia mencontohkan salah satunya adalah Forel-Baronang yang dikelola MedcoEnergi. Proyek itu sedang berproses dan tahun ini diharapkan bisa on-stream.
"Kemudian Hidayah, proyek yang oleh Petronas itu juga kita minta untuk dipercepat. Tadinya mereka 2027 tapi akhirnya commit untuk 2026," jelasnya.
Adapun sejumlah proyek lainnya adalah yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi di Offshore North West Java (ONWJ). Di ONWJ, dua lokasi yang prospektif adalah yang terletak di Lapangan Zulu dan GQX Complex.
Dwi menjelaskan pihaknya mendorong agar pemanfaatan kedua lokasi itu dipercepat karena berlokasi di tengah laut dan berjenis minyak berat. Ini berarti, perlu infrastruktur dan teknologi yang memadai untuk bisa mengambil cadangan minyak tersebut. Oleh sebab itu, ia menjelaskan bahwa SKK Migas juga akan belajar dengan sejumlah perusahaan lain, contohnya seperti PetroChina.
"Maka kita coba belajar dari beberapa perusahaan yang lain, misalnya apakah di Petrocina atau yang lain yang punya case yang sama. Untuk bisa dipercepat untuk minyak," imbuhnya.
Sebelumnya berdasarkan catatan detikcom, SKK Migas menyatakan target Indonesia memproduksi minyak sebanyak 1 juta bph di 2030 kemungkinan tidak akan tercapai. Target itu diperkirakan akan mundur menjadi di sekitar 2032.
Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan mundurnya target tersebut karena adanya wabah COVID-19. Untuk diketahui bahwa target itu dibuat sebelum adanya pandemi.
"Masih tetap (target 1 juta barel per hari) cuma masalahnya itu bergeser. Jadi 1 jutanya itu mungkin nggak di 2030. Kan kita bikin (target) 2019, setelah itu kan COVID kebetulan dan memang banyak proyek mundur," kata Benny dalam bincang khusus di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, Kamis (28/12/2023) lalu.
(rrd/rir)