Anak perusahaan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yakni, PT Saka Energi Indonesia (SAKA) memiliki teknologi sendiri untuk mengawasi produksi minyak dan gas (migas). Teknologi yang telah dipakai dan dikembangkan dua tahun terakhir ini digunakan untuk kemudahan dalam proses produksi migas.
Information Management Specialist - IT & Data Management Saka Energi, Yudi Syahnur mengatakan teknologi itu bernama Digital Twin yang digunakan perusahaan migas ini untuk memperoleh dan mengumpulkan data secara real time. Tentunya juga pemantauan bisa dilakukan dari kantor atau jarak jauh.
"Digital Twin ini adalah boleh dibilang sebagai replika. Replika digital dari fasilitas produksi, khususnya produksi migas, milik Saka, yang terkoneksi dengan berbagai data real time, terkoneksi juga dengan data-data pendukung lainnya seperti data-data engineering dan data-data maintenance," kata dia ditemui di booth Saka Indonesia Pangkah Limited (SIPL), dalam gelaran The 48th IPA Convention & Exhibition di ICE BSD City, Tangerang, Rabu (15/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi ibaratnya kita punya satu platform yang lengkap dengan visualisasi 3D dan terkoneksi dengan data-data pendukung untuk kegiatan operasi harian kita," jelasnya.
"Di sini juga kita memungkinkan untuk melakukan beberapa analisis, misalnya kita di kantor, kita nggak tahu di lapangan sebenarnya berapa sih tinggi dari struktur pipa kita misalnya. Atau berapa sih jaraknya dari titik tertentu. Nah, ini semua kita bisa lakukan sendiri di kantor dengan menggunakan data-data yang sudah kita rekam sebelumnya," terangnya.
Data dari teknologi tersebut tidak hanya bisa digunakan oleh pekerja di tempat produksi, tetapi juga bisa digunakan oleh mitra kerja di dalam dan di luar negeri yang membutuhkan informasi terkait fasilitas produksi Saka Energi.
"Misalnya ada rencana penambahan kepala sumur baru. Jadi nggak perlu vendornya datang dari luar negeri hanya untuk mengukur-ukur, misalnya foto foto, tidak perlu lagi. Dia cukup pakai data point cloud hasil pengukuran laser scanning yang sudah kita sediakan secara online. Ini kita sebut sebagai aplikasi Digital Twin," ucapnya.
Pada 2024, Yudi mengatakan Saka Energi akan fokus ke integrasi data. Pihaknya mau mencoba lengkapi dengan data-data pendukung, seperti data-data engineering, gambar as-built-drawing , hingga data-data sheets terkait maintenance.
"Data maintenance itu kita sudah dimanage di aplikasi SAP namanya, Enterprise Resource Planning. Jadi di sini sudah terintegrasi misalnya di lapangan itu ada keperluan pembaruan, kita mau penggantian spare parts, nah itu semua sudah direkam informasi di aplikasi SAP ini," ucapnya.
Integrasi data ini tidak hanya berguna untuk pekerja lapangan di pabrik migas, tetapi juga bisa memudahkan divisi lainnya untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
"Jadi mulai dari engineer sampai ke orang finance, sampai pengadaan SCM, itu mereka sudah bisa lihat barang yang sama. Nah informasi ini kita koneksikan dengan fisiknya di lapangan gitu. Jadi tentunya ini nggak lepas dari database yang kuat di belakang aplikasi ini. Jadi tim Saka sudah bekerja keras untuk mengumpulkan data-data ini semua dalam satu basis data terpusat," ungkapnya.
Yudi menerangkan harapannya dengan Digital Twin bisa memberikan business value untuk Saka. Contohnya dari sisi kualitas pekerjaan, meminimalisir kesalahan dalam memenuhi barang yang dibutuhkan perusahaan.
"Jadi misalnya contoh nih, kita mau ada pekerjaan modifikasi fasilitas produksi. Diukur dulu sebelumnya. Pas diukur sudah ok, pas sudah jadi barangnya waktu mau dipasang kurang 5 cm gitu. Nggak pas kan? Nah kalau nggak pas akibatnya apa? Kan harus dibawa pulang lagi ke workshop, harus di reworks lagi. Nah dengan digital twin ini nggak perlu terjadi lagi. Karena data-data semua sudah kita simpan dalam bentuk 3D, ketika ada kebutuhan kita tinggal pilih dan kirim ke manufacturer," ucapnya.
Dari sisi pendanaan, menurutnya teknologi bisa meminimalkan biaya perjalanan untuk berkunjung ke lapangan, karena data-data yang ada sudah kita bisa tampilkan di aplikasi. Kemudian dari sisi kesehatan hingga keselamatan pekerja juga terjamin.
"Dari sisi HSSC, Health, Safety, Security, dan Environment sendiri, tentunya kita juga dengan punya sistem ini, kita akan bisa meminimalkan potensi bahaya yang terjadi di lapangan. Karena sering terjadi ketika misalnya ada kegiatan maintenance itu biasanya pekerjaan itu bisa berbarengan. Ada 3 proyek, 5 proyek kerjanya berbarengan. Dengan menggunakan tampilan peta 3D seperti ini, kan kita tahu tuh, daerah-daerah mana yang ada project, dan seperti apa kita harus memanage, arus logistik, arus barang, arus orang, sehingga kita bisa meminimalkan potensi celakaan di lapangan," pungkasnya.
(ada/rrd)