Subsidi harga bahan bakar minyak (BBM) diusulkan dikurangi untuk meningkatkan penggunaan transportasi umum di Indonesia. Sebab selama ini nilai subsidi BBM yang dianggap sudah sangat besar menjadi salah satu faktor penghambat peralihan dari kendaraan pribadi ke angkutan massal.
Direktur Transportasi Kedeputian Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Tri Dewi Virgiyanti, mengatakan subsidi BBM yang diberikan pemerintah malah membuat masyarakat malas menggunakan transportasi umum.
Menurut Dewi subsidi BBM membuat harga bensin murah, sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi ketimbang transportasi umum.
Kondisi tersebut terlihat di kota Jakarta. Jakarta sebenarnya memiliki berbagai jenis moda transportasi umum, namun peralihan masyarakat dari transportasi pribadi ke angkutan massal sedikit.
"Mengapa angkutan umum ini masih 10% yang berpindah dari (transportasi) pribadi, karena kita bersaing tidak hanya dengan sesama angkutan umum karena tarifnya, tapi dengan sepeda motor," kata Dewi dalam acara diskusi publik bertema 'Satu Dekade Pembangunan Infrastruktur Transportasi Indonesia', Jumat (17/5/2024).
"Contohnya apa? Saya sendiri tidak pakai KRL, naik motor saja lebih cepat lebih murah. Staff saya juga demikian, dari Depok ada LRT kenapa nggak naik LRT, lebih cepat lebih murah naik motor. Kita masih bersaing, subsidi BBM-nya yang tadi disebut pak Djoko masih tinggi," jelasnya lagi.
Untuk itu menurutnya penting bagi pemerintah untuk berpikir lebih strategis dalam memberikan subsidi BBM ini, sehingga pengguna transportasi umum dapat meningkatkan. Alih-alih menjadi salah satu faktor penghambat peralihan dari kendaraan pribadi ke angkutan massal.
"Coba tadi usulannya subsidi BBM untuk subsidi transportasi umum, saya setuju. Tapi ini harus dihitung-hitung lagi, dan stakeholder-nya banyak ada Kementerian Keuangan (Kemenkeu), (Kementerian) Energi, harus kita aja untuk lebih berpikir strategi dalam mengalokasikan subsidi," terangnya.
Bila ini benar terjadi, menurutnya angkutan massal tidak lagi harus bersaing dengan kendaraan pribadi yang merupakan salah satu penyumbang polusi udara, khususnya yang berbahan bakar bensin.
"Jadi maksud saya (dalam penjelasan) di depan masyarakat harus mau juga (pindah ke transportasi umum), bahwa subsidi BBM ini harus kita rubah, mau membeli BBM dengan target aslinya. Kenapa, karena kita mau melindungi lingkungan dengan transportasi umum dengan mengurangi emisi," papar Dewi.
"Masyarakat harus mau, karena ketika kita bicara subsidi BBM itu yang protes masyarakat sendiri, jadi harus ikut mau berkontribusi terhadap pembangunan yang lebih baik. Nah itu tugasnya pemerintah untuk menyadarkan, kita menyampaikan hal yang baik hal yang kepada masyarakat bahwa kelola subsidi BBM kita efektifkan ke transportasi umum sebenarnya untuk Indonesia yang lebih baik," tambahnya.
Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik
(hns/hns)