PT Pertamina (Persero) memproyeksi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi seperti solar, Pertalite hingga gas LPG 3 kilogram (kg) akan meningkat tahun depan.
Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan mengatakan konsumsi solar sendiri akan meningkat dari 17,8 juta kilo liter (KL) tahun ini menjadi 18,6 juta KL hingga 18,7 juta KL pada 2025.
"Untuk Pertalite ada di angka 32,1 juta KL hingga 32,2 juta KL. Sementara untuk minyak tanah ada di angka 525.000 KL hingga 527.000 KL. Ini kami susun dalam bentuk range," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII dengan PT Pertamina (Persero), di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (28/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk konsumsi gas LPG 3 kg juga diprediksi akan meningkat. Riva menyebut sampai April 2024 saja, konsumsinya sudah melampaui kuota. Realisasi penyaluran gas LPG 3 kg naik 1,8% dari kuota yang telah ditetapkan.
"Dapat kami sampaikan realisasi hingga April 2024 sebesar 2,69 juta materik ton. Angka tersebut sudah melebihi 1,8% dibandingkan dari kuota hingga April 2024 (2,64 juta MT)," ujar dia.
Riva menyebut pihaknya memprediksi konsumsi gas LPG 3 kg hingga akhir 2024 akan meningkat dari kuota tahun ini. Kenaikannya 4,4% dari kuota awal sebesar 8,03 juta MT menjadi 8,38 juta MT.
Konsumsi gas LPG 3 kg juga diproyeksi akan meningkat tahun depan. Hal ini seiring dengan asumsi bahwa belum adanya konversi penggunaan minyak tanah ke LPG di Indonesia bagian timur.
"Penyaluran LPG 3 kg di tahun 2025 diproyeksikan 8,46 juta MT yaitu besarannya lebih kurang 1,0% dibandingkan dalam prognosa untuk 2024 atau lebih kurang berada di 5% di atas kuota yang disetujui dan masuk APBN 2024," ungkapnya.
Riva mengatakan ada berbagai aspek yang mendukung proyeksi peningkatan konsumsi tersebut. Pertama, adanya peningkatan konsumsi itu seiring dengan pertumbuhan ekonomi tahun depan akan membaik.
"Kami ambil berdasarkan rilis dari Badan Kebajikan Fiskal pada tanggal 20 Mei 2024 yaitu sebesar 5,1% hingga 5,5%," terangnya.
Kedua estimasi pertumbuhan kendaraan bermotor mencapai 4% sampai 5%. Riva mengatakan pertumbuhan ini sudah memperhitungkan pertumbuhan EV (kendaraan listrik) di tahun 2024-2025.
"Lalu (ketiga) diasumsikan tidak terdapat atau belum dilakukannya konversi minyak tanah ke LPG di wilayah Indonesia Timur. Dan yang keempat, asumsi yang kami lakukan adalah kami terus melakukan pengawasan dan juga pemberlakuan pencatatan, subsidi tepat, baik untuk solar, Pertalite dan juga LPG," pungkasnya.
(ada/rrd)