Dikutip dari Reuters, Rabu (29/5/2024), kesepakatan itu masih memerlukan persetujuan dari pihak berwenang dan harus menghadapi pertarungan arbitrase yang panjang dengan mitra Hess di Guyana, yakni Exxon dan CNOOC.
Analis arbitrase di Susquehanna Financial Group, Frederic Boucher mengatakan, persetujuan dari regulator bisa terjadi bulan depan. Namun, ia mengatakan, hal penting dari kesepakatan itu adalah penyelesaian perselisihan yang diajukan oleh Exxon dan CNOOC yang menegaskan bahwa mereka memiliki hak untuk menolak terlebih dahulu penjualan aset Hess di Guyana.
Mayoritas dari 308 juta saham Hess memberikan suara mendukung kesepakatan itu. Pemungutan suara tersebut merupakan kemenangan bagi CEO John Hess, yang mempertaruhkan reputasinya dan masa depan perusahaan yang didirikan oleh ayahnya.
Hasil ini mengesampingkan klaim beberapa pemegang saham yang menginginkan kompensasi tambahan atas keterlambatan penutupan penjualan. Arbitrase Exxon dapat menunda penutupan kesepakatan hingga 2025.
"Kami sangat senang bahwa mayoritas pemegang saham kami menyadari nilai menarik dari transaksi strategis ini dan menantikan keberhasilan penyelesaian merger kami dengan Chevron," kata CEO Hess.
Saham Hess dan Chevron naik karena hasil tersebut. Hess naik sedikit menjadi US$ 152,05 dan Chevron naik kurang dari 1% menjadi US$ 159,04.
Simak juga Video: IPA Convex 2024 Jadi Momentum Bagi Ketahanan Energi Indonesia
(acd/ara)