Wakil Presiden ke-10 dan 12 Jusuf Kalla menyinggung kasus yang menyeret mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan saat bicara mengenai produksi minyak dan gas bumi (migas) yang kerap tak mencapai target.
Pria yang akrab disapa JK itu mulanya mengatakan, produksi migas tak mencapai target karena secara alamiah produksi memang mengalami penurunan.
"Kedua, eksplorasinya harus ditambah terus, penemuan-penemuan baru," kata JK di Lapangan Duri Blok Rokan, Riau, Selasa (9/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
JK mengatakan, hukum di Indonesia juga harus baik dan konsisten. Lebih lanjut JK menerangkan, pada tahun 1980-an sebanyak 60% anggaran pemerintah berasal dari minyak. Pada saat itu, produksi minyak di Riau menembus 1 juta barel per hari.
Menurut JK, untuk kembali meningkat produksi Pertamina mesti memperluas wilayah dan menambah pompa.
"Dulu 60% budget kita dari minyak. Tahun 80-an. Pada saat Riau ini, Dumai dan Duri dan sebagainya itu Bengkalis, itu bisa berproduksi hampir sejuta. Sekarang sisa 160 ribu, jadi sisa 20%. Nah sekarang bagaimana meningkatkannya, katakanlah setidak-tidaknya jadi 400 (ribu). Itu hanya memperluas daerah, menambah pompa, itu aja sebenarnya," terangnya.
Ia pun optimistis hal tersebut bisa dilakukan Pertamina. JK lantas menyinggung kasus yang menyeret Karen Agustiawan.
"Selama diberi kepercayaan dan selama Pertamina tentu kerja keras. Selama pemerintah juga jangan mengambil tindakan hukum yang tidak perlu, seperti Karen contohnya. Jangan karena kebijaksanaanya dikriminalkan. Akhirnya orang Pertamina malah takut jadinya untuk berbuat yang lebih baik," ungkapnya.
(acd/das)