Freeport Sebut RI Bisa Jadi Produsen Katoda Tembaga Terbesar Dunia

detikcom Leaders Forum

Freeport Sebut RI Bisa Jadi Produsen Katoda Tembaga Terbesar Dunia

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 17 Sep 2024 10:52 WIB
Freeport Sebut RI Bisa Jadi Produsen Katoda Tembaga Terbesar Dunia
VP Goverment Relations Freeport Indonesia, Harry Pancasakti/Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jakarta -

PT Freeport Indonesia akan menggenjot peleburan dan pemurnian konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga melalui Smelter di Gresik, Jawa Timur. Tahun depan Indonesia dapat memproduksi katoda tembaga hingga 1,5 juta ton.

VP Government Relation Freeport, Harry Pancasakti mengatakan dengan begitu Indonesia dapat menjadi produsen katoda tembaga di dunia.

Produksi itu merupakan gabungan dari produksi Freeport dengan Amman Mineral. Freeport sendiri produksi katoda tembaganya ditargetkan mencapai 1 juta ton ditambah dengan Amman Mineral akan mencapai 500 ribu ton.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara dimensi mungkin Indonesia akan menjadi 1,5 juta ton katoda tembaga per tahun yang dapat diproduksi atau dihasilkan Indonesia. Ini akan menempatkan Indonesia dalam big five produsen katoda di dunia," kata dia dalam acara detikcom Leaders Forum 'Menuju Indonesia Hijau: Inovasi Energi dan Sumber Daya Manusia,' di Hotel St. Regis, Jakarta Selatan, Selasa (17/9/2024).

Nilai tambah untuk pembangunan smelter tembaga yang kecil, tetapi nilai tambah yang sesungguhnya yang besar adalah dari hilirisasi atau industri hilir yang berbasis tembaga.

ADVERTISEMENT

Nilai tambah dari pembangunan smelter tembaga yang menghasilkan tembaga katoda adalah sekitar 3,5% hingga 5%. Namun multiplier effect dari pembangunan smelter tembaga ini dan juga nilai tambah dari hilirisasi lebih lanjut dengan tumbuhnya industri hilir berbasis tembaga adalah besar dan merupakan nilai tambah yang sesungguhnya untuk logam tembaga ini.

"Memproses dan memurnikan produk dari hasil penambangan dan pengolahan dari konsentrat tembaga menjadi tembaga murni nilai tambahnya 3,5% sampai 5%. Sementara investasi yang diperlukan seperti smelter di Gresik itu hampir Rp 60 triliun. Jadi margin sangat kecil apabila dibandingkan nilai tambah yang akan didapatkan," ungkapnya.

Nilai tambah itu yang diakui menjadi tantangan Indonesia. Karena katoda tembaga juga harus diproduksi menjadi produk yang nilai tambahnya lebih besar lagi, sehingga jangan sampai hasilnya malah lebih banyak diekspor.

"Dari produk smelter baru sejauh ini komitmen dari salah satu industri di kawasan khusus Gresik 100 ribu ton per tahun, sisa 500 ribu ton, kalau memang tidak ada konsumen dalam negeri, otomatis terpaksa kita ekspor dan ekspornya nggak jauh-jauh Asia Tenggara, Vietnam, Thailand, Malaysia. Justru negara tetangga yang akan menikmati nilai tambah yang lebih besar dari produksi katoda," pungkasnya.

Simak Video: Juni 2024, Smelter Kedua PT Freeport Indonesia Siap Beroperasi

[Gambas:Video 20detik]



(ada/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads