Energi Ini Bisa Gantikan Peran Batu Bara buat Produksi Listrik

Energi Ini Bisa Gantikan Peran Batu Bara buat Produksi Listrik

Rista Rama Dhany - detikFinance
Rabu, 09 Okt 2024 10:00 WIB
Pekerja menunjukkan serbuk kayu untuk dijadikan sebagai substitusi bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Sintung, Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah, NTB, Selasa (31/1/2023). Sepanjang tahun 2022, PLN NTB melalui program co-firing telah memproduksi energi bersih sebesar 4.205 MWh dengan memanfaatkan biomassa sebanyak 5.923 ton (serbuk kayu, bonggol jagung, potongan kayu, dan sekam padi) dalam proses co-firing PLTU di Lombok dan Sumbawa.
Foto: Ahmad Subaidi/Antara Foto
Jakarta -

Pemerintah tengah mendorong peningkatan energi baru terbarukan (EBT) terutama di sektor listrik. Salah satu EBT yang punya potensi cukup besar yakni biomassa, di mana energi ini bisa menggantikan peran batu bara untuk memproduksi listrik.

Berdasarkan data Dewan Energi Nasional yang dikutip Rabu (9/10/2024), potensi bioenergi atau biomassa di Indonesia mencapai 33 gigawatt (GW) dengan cakupan wilayah potensial pasokan biomassa mulai dari Sumatera hingga Kalimantan.

Namun, menurut Masyarakat Energi Biomassa Indonesia (MEBI) saat ini baru sekitar 3% dari total kapasitas pembangkit nasional yang menggunakan bahan bakar bioenergi. Masih ada hambatan dalam pengembangan biomassa terutama terkait suplai biomassa jangka panjang dan faktor harga pembelian listrik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Salah satu produksi biomassa di Indonesia ada di Pohuwato, Gorontalo, yang dilakukan PT Biomassa Jaya Abadi (BJA) bersama PT Inti Global Laksana (IGL) dan PT Bayan Tumbuh Lestasi (BTL).

Dalam kunjungan Plt Bupati Pohuwato, Suharsi Igirisa ke pabrik biomassa tersebut, ia melihat bagaimana proses biomassa di produksi dari penanaman bibit bahan baku wood pellet sampai pasca panen yang membutuhkan waktu total 4-5 tahun.

ADVERTISEMENT

Penanaman gamal dilakukan maksimal satu bulan setelah penyiapan lahan selesai dilakukan. Sebelum melakukan penyiapan lahan, setiap tahunnya BTL dan IGL telah mendapatkan Arahan Persetujuan Rencana Kerja Tahunan oleh pejabat fungsional yang membidangi Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Hingga saat ini, luas area penanaman tanaman gamal di BTL mencapai 2.000 hektare dengan jumlah pokok tanaman gamal sebanyak 10 juta pokok lebih. Sementara IGL tengah dalam persiapan untuk pembibitan tanaman gamal.

Sekali tanam, tanaman Gamal bisa 4-5 kali panen. Pemanenan dilakukan setelah 4 tahun sehingga secara konservasi tanah sangat baik karena feeding root semakin lama semakin menyebar dan pertumbuhan menjadi lebih cepat.

"Mudah-mudahan ini bisa dirawat dengan bagus dan bisa membendung erosi yang ada sehingga tidak meresahkan masyarakat. Alhamdulillah kalau ini sudah tumbuh semuanya, insya Allah tidak berpengaruh buruk," tegas Suharsi.

Direktur BJA Burhanuddin menyampaikan apresiasi kepada Plt Bupati Suharsi dan Forkopimda atas dukungan yang diberikan terhadap kegiatan bisnis perusahaan.

"Kami juga menyampaikan terimakasih dan apresiasi sejak berdirinya perusahaan hingga saat ini dimana semuanya tidak terlepas dari dukungan dorongan sejak kepemimpinan pemerintah daerah yang telah memberikan izin kepada perusahaan PT IGL, PT BTL dan PT BJA," ujar Burhanuddin.

(rrd/rir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads