Hilirisasi menjadi salah satu strategi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Diproyeksikan Indonesia membutuhkan investasi senilai US$ 618 miliar atau setara Rp 9,79 kuadriliun (kurs Rp 15.850) untuk menggeber hilirisasi hingga 2040.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, sebagai bagian dari perintah Prabowo, pihaknya telah menyiapkan roadmap khusus terkait hilirisasi.
"Jadi hilirisasi sebagai instrumen peningkatan ekonomi itu yang paling banyak 91% dari 28 komoditas, total investasi sampai dengan 2035, 2040, kita butuhkan US$ 618 miliar," kata Bahlil, dalam sambutannya di acara Minerba Expo, dikutip siaran langsung Youtube Kementerian ESDM, Senin (25/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahlil menjelaskan, dari jumlah tersebut, sebanyak 91% investasi itu berada pada lingkup Kementerian ESDM, mulai dari sektor hulu minyak dan gas (migas) hingga mineral dan batubara (minerba).
Lebih lanjut Bahlil mengatakan, Indonesia punya sumber daya Minerba yang melimpah dan perlu dimanfaatkan dengan baik. Misalnya untuk batubara, Indonesia pada 2023 memproduksi hampir 800 juta ton dan 600 juta ton di antaranya diekspor.
"Kalau 600 (juta ton) berarti 35-40% dari total kebutuhan global yang beredar (di pasar global yang mencapai 1,4 miliar ton). Itu kontribusinya dari Indonesia," ujarnya.
Begitu pula dengan komoditas nikel. Bahlil mengutip hasil survei Badan Geologi Amerika Serikat (AS) atau USGS yang memproyeksikan, potensi nikel Indonesia merupakan 42% dari total cadangan nikel dunia.
Secara keseluruhan, sumbangsih sektor minerba terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga terus mengalami perkembangan. Bahlil mengatakan, ada tahun 2014 silam minerba hanya memberi kontribusi Rp 29 triliun. Namun saat ini, angkanya tumbuh berkali-kali lipat menjadi Rp 170 triliun.
"Dulu ini tidak terlalu dijadikan sebagai sumber pendapatan negara utama. Tapi sekarang ini 10% atau 11% dari PNBP sektor Minerba. Kalau akumulasi PNBP ESDM kepada pendapatan negara Rp 300 triliun lebih, termasuk sektor hulu Migas," ujarnya.
Atas hal ini, Bahlil mengatakan, pihaknya diberi amanat besar dari Prabowo agar program ke depan dapat dioptimalkan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Hilirisasi dipandang sebagai instrumen penting agar Indonesia mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi di atas 6%, bahkan hingga 8%.
(shc/rrd)