Pakai Teknologi Pertama di Dunia, Pertamina EP Dorong Produksi Gas Berkelanjutan

Pakai Teknologi Pertama di Dunia, Pertamina EP Dorong Produksi Gas Berkelanjutan

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 31 Des 2024 13:16 WIB
Prabumulih, salah satu kota di Provinsi Sumatera Selatan, dikenal sebagai salah satu situs rintisan industri hulu perminyakan di tanah air sejak era kolonial yang tetap produktif hingga sekarang.
Foto: ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY
Jakarta -

Pertamina EP Zona 7 melakukan proyek Optimasi Pengembangan Lapangan-Lapangan (OPLL) Akasia Bagus - Gantar untuk meningkatkan potensi produksi hidrokarbon di wilayah Kabupaten Indramayu. Dalam hal ini dua strategi dijalankan.

General Manager Pertamina EP area Jawa bagian barat, Afwan Daroni mengatakan strategi mencakup pengeboran 22 sumur pengembangan dan pembangunan Fasilitas Produksi SP Akasia Bagus (ABG) Stage 1 dan Stage 2, yang merupakan kelanjutan dari Plan of Development (POD) Lapangan Akasia Bagus pada 2017. Kedua upaya ini ditargetkan dapat menambah produksi minyak dan gas sebesar 12,71 MMSTB (million stock barrel) dan 10,53 BSCF (billion standard cubic feet).

"Proyek ini merupakan milestone penting dalam pengembangan Akasia Bagus, yang didesain untuk mengolah minyak dan gas dengan kapasitas total sebesar 9.000 BLPD (barrel of liquid per day) dan 22 MMSCFD (million standard cubic feet per day), termasuk untuk mengolah associated gas dari 19 sumur lapangan," kata Afwan dalam keterangan tertulis, Selasa (31/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebanyak 12 sumur pengeboran telah diselesaikan. Total terdapat 26 sumur produksi di Lapangan Akasia Bagus.

Saat ini produksi eksisting diolah dan ditampung menggunakan Early Production Facilities (EPF) ABG Tahap 1 sesuai persetujuan SKK Migas hingga berlanjut ke fase onstream. Proyek ABG Stage 1 ini akan melewati dua kali fasilitas produksi onstream, yaitu fasilitas cair yang direncanakan pada Februari 2025, lalu menyusul fasilitas AGRU (Acid Gas Removal Unit) pada Mei 2025.

ADVERTISEMENT

Afwan juga menjelaskan, upgrading fasilitas produksi akan dilengkapi dengan CO2 Removal Package dengan amine system (MDEA), Gas Dehydration Unit dan Thermal Oxidation (TOX). Tujuannya untuk mengurangi kadar CO2, H2S dan air agar sesuai spesifikasi penjualan gas yang termaktub dalam Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) eksisting di wilayah Jawa Barat.

"Teknologi baru yang diimplementasikan dalam mendesain AGRU dengan amine system ini merupakan yang pertama di dunia, yang akan mengolah gas dengan kadar CO2 sebesar 65% mole," jelas Afwan.

Di sisi lain, kadar CO2 yang tinggi memberi peluang bagi Pertamina EP untuk mengembangkan lapisan gas dari oil rim (zona minyak yang relatif tipis di bawah batas gas) melalui metode Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) yang merupakan bagian dari komitmen Pertamina untuk mendukung target emisi nol bersih (net zero emission).

Simak Video: Teknologi Rendah Emisi untuk Menciptakan Langit Biru dari Sektor Industri

[Gambas:Video 20detik]



(aid/rrd)

Hide Ads