Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah masih mengkaji usulan PT Freeport Indonesia terkait relaksasi ekspor konsentrat tembaga untuk tahun 2025. Freeport sendiri sudah mengajukannya.
"Freeport mereka sudah ajukan untuk 2025 dan kami dari kementerian ESDM lagi membahas, dan sudah dilakukan rapat dengan Kemenko karena ini lintas kementerian," kata Bahlil saat ditemui wartawan di Kantor BPH Migas, Selasa (7/1/2024).
Lebih lanjut Bahlil mengatakan hasil pembahasan ini nantinya akan dilaporkan ke Presiden Prabowo Subianto lebih dulu. Menurutnya setelah itu, apapun keputusan yang diambil pemerintah merupakan yang terbaik untuk negara ataupun Freeport sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan menunggu, tinggal kami laporkan kepada Bapak Presiden. Apapun keputusannya, pasti pertimbangannya lebih baik untuk Freeport dan untuk negara," terangnya.
Di luar itu, Bahlil menjelaskan salah satu isu yang menjadi dasar pengajuan relaksasi ekspor oleh Freeport adalah kerusakan pada fasilitas smelter, khususnya di bagian produksi asam sulfat. Masalah ini berdampak pada operasi fasilitas smelter.
"Kita lagi mengkaji (usulan relaksasi). Karena gini, mereka ini kan smelternya sudah jadi sebenarnya. Tapi kan yang terbakar itu adalah asam sulfatnya. Kalau asam sulfatnya itu tidak diperbaiki, maka proses industri dari yang lainnya itu tidak bisa berjalan," ungkap Bahlil.
"Padahal itu (bagian produksi asam sulfat) hanya tidak lebih dari 10% dari total ruang lingkup smelter itu. Itu kecil, tapi fatal juga sih soalnya itu," pungkasnya.
Sebelumnya, PT Freeport Indonesia (PTFI) mengaku sedang mengajukan relaksasi ekspor konsentrat tembaga yang telah berakhir pada 31 Desember 2024. Hal ini dilakukan menimbang insiden kebakaran di area kerja smelter yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik JIIPE, Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menyampaikan bahwa saat ini pihaknya sedang menghentikan sementara seluruh operasional produksi katoda tembaga di Smelter.
"Masih full berhenti. Kalau lagi perbaikan kan nggak mungkin produksi karena itu kan Capture CO2," ungkap Tony di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (3/1).
Di tempat yang sama, Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kemenko Perekonomian, Elen Setiadi menjelaskan bahwa berdasarkan laporan PTFI usai insiden kebakaran, smelter PTFI baru bisa memulai produksinya kembali di Juli 2025.
"Katanya masih enam bulan lagi ya, pokoknya selesai. Awal ramp-up. Pokoknya semester I selesai," ujarnya.
Simak Video: Prabowo Bertemu Pemimpin Freeport hingga Chevron, Bahas Investasi di RI