RI Masih Ketagihan Impor Migas, Bahlil Ajak Investor Bangun Pabrik LPG

RI Masih Ketagihan Impor Migas, Bahlil Ajak Investor Bangun Pabrik LPG

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Selasa, 11 Feb 2025 18:07 WIB
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia
Foto: Dok. BKPM/Kementerian Investasi
Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengajak para pengusaha dan investor untuk membangun pabrik Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah impor minyak dan gas RI.

Bahlil menjelaskan tingkat konsumsi gas masyarakat RI per tahun bisa mencapai 8,7 juta metrik ton. Di mana 8,2 juta metrik di antaranya digunakan untuk konsumsi LPG subsidi atau gas 3 kg.

"Industri dalam negeri kita itu hanya kapasitasnya tidak lebih dari 1,4 juta metrik ton. Jadi impor kita rata-rata setiap tahun, termasuk untuk industri kurang lebih sekitar 7 juta metrik ton," terang Bahlil dalam acara Mandiri Investment Forum di Fairmont Jakarta, Selasa (11/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena keterbatasan produksi LPG dalam negeri inilah Bahlil mengundang para investor yang tertarik membangun pabrik atau fasilitas produksi gas.

"Saya undang bapak ibu semua investor yang mau, silahkan bangun pabrik LPG. Marketnya Captive, pembiayaannya langsung dari Bang Mandiri, ini langsung nih. Ini sangat Captive sekali karena langsung kontrak dengan Pertamina," kata Bahlil.

ADVERTISEMENT

Bersamaan dengan itu Bahlil mengatakan untuk terus meningkatkan industri gas dalam negeri, pemerintah saat ini juga sedang membangun fasilitas jaringan gas (jargas) nasional. Khususnya untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Sumatra dan Jawa.

"Untuk menutupi supply gas dari Sumatra, dan dari Jawa Timur, kita sekarang lagi membangun pipa gas sebagai jalan tol-nya, agar kita bisa terpenuhi kebutuhan-kebutuhan kita dalam negeri khususnya untuk di Sumatra dan Jawa," ucapnya.

Sedangkan untuk impor minyak, Bahlil menjelaskan saat ini lifting minyak di Indonesia sudah anjlok ke level yang sangat rendah. Per hari saja cuma berkisar 590 hingga 600 ribu barel per hari. Padahal konsumsi minyak nasional saat ini rata-rata sekitar 1,6 juta barel per hari. Karena produksi minyak yang rendah, Indonesia jadi harus melakukan impor sekitar 1 juta barel per hari.

Akibatnya menurut Bahlil RI harus mengimpor minyak dalam nilai yang cukup besar hingga Rp 500 triliun per tahun untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.

"Setiap tahun di Indonesia sekarang, harus menyiapkan uang kurang lebih sekitar Rp 500 triliun lebih untuk kita beli minyak. Devisa kita hilang banyak nih," ucap Bahlil.

"Ini mungkin juga salah satu faktor kenapa nilai tukar rupiah terhadap dolar ini agak sedikit melemah. Karena ini kan hukum permintaan dan penawaran. Jadi kalau kita butuh dolar banyak, maka pasti nilai tukar kita akan terkoreksi. Jadi bayangkan Rp 500 triliun lebih per tahun, neraca perdagangan kita terkoreksi, neraca pembayaran dan devisa kita," jelasnya lagi.

(fdl/fdl)

Hide Ads