Blending atau proses pencampuran bahan bakar minyak (BBM) untuk mencapai kualitas bensin pada spesifikasi tertentu belakangan ramai dibicarakan publik. Lantas, apakah proses blending ini wajar dilakukan industri bahan bakar?
Praktisi Oil and Gas, Inas Nasrullah Zubir menjelaskan, sebagai gasoline atau mogas, bensin merupakan bahan bakar yang sangat penting bagi kendaraan bermotor. Mutu dari bensin ini ditentukan oleh Research Octane Number (RON), yang mengukur kemampuan bahan bakar untuk menahan knocking yang dapat mengganggu kinerja mesin.
Mengutip buku Teknologi Kendaraan Berbahan Bakar LPG (2019) oleh Muji Setiyo dan Suyitno, Inas mengatakan, bahan bakar dengan RON rendah cenderung menyebabkan gejala knocking, terutama saat mesin beroperasi pada beban tinggi.
"Sebaliknya, semakin tinggi angka oktan, semakin baik ketahanan bahan bakar terhadap knocking, yang berujung pada peningkatan efisiensi mesin. Proses pembakaran yang lebih sempurna juga menghasilkan tenaga yang lebih kuat," kata Inas dalam keterangan tertulisnya, Minggu (2/3/2025).
Di pasar internasional, kata Inas, terdapat beberapa harga publikasi untuk gasoline, antara lain MOPS/ARGUS gasoline RON 92, RON 95, RON 98, dan RON 100. Namun, gasoline RON 90 hanya diproduksi di Jepang dan Indonesia untuk pasar domestik.
"Di Indonesia, Harga Indeks Pasar ditentukan berdasarkan keputusan menteri ESDM (Kepmen ESDM), yaitu 99,21% dari publikasi harga gasoline RON 92," jelasnya.
Ia menjelaskan, segala jenis bensin diperoleh melalui proses blending antara naphta dan High Octane Motor Component (HOMC). Naphta yang dihasilkan dari destilasi minyak bumi di kilang memiliki angka RON sekitar 60 hingga 80.
Oleh karena itu, diperlukan campuran tambahan untuk meningkatkan RON sesuai dengan kebutuhan spesifik. Sebagai contoh, kata Inas, untuk memproduksi gasoline RON 92, naphta akan di-blending dengan HOMC 92.
Demikian pula untuk memproduksi gasoline RON 95, dibutuhkan proses blending dilakukan dengan menggabungkan naphta dan HOMC 95.
Proses ini berlanjut sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan untuk berbagai jenis gasoline.
Inas menjelaskan, HOMC melibatkan beberapa langkah kompleks dalam proses pengolahan minyak bumi. Ia menjelaskan, pengolahan minyak bumi di kilang melalui destilasi untuk memisahkan komponen minyak berdasarkan titik didihnya, lalu menghasilkan fraksi-fraksi seperti naphta, kerosen, solar, dan fuel oil.
Pembuatan HOMC meliputi proses reformasi katalitik, isomerasi, dan cracking. Ia menekankan proses blending penting dilakukan untuk memastikan setiap jenis bahan bakar memiliki kualitas dan performa sesuai standar yang ditetapkan.
Baik Pertalite maupun Pertamax yang diproduksi oleh Pertamina, Inas mengatakan keduanya adalah hasil dari proses blending di kilang minyak. "Hal ini memastikan bahwa bensin yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan mendukung kinerja mesin kendaraan secara optimal," tutupnya.
Simak juga Video Bantahan Pertamina soal Praktik Pengoplosan Pertamax
(kil/kil)