Ternyata RI Jadi Produsen Telur & Beras Terbesar di Dunia

Ternyata RI Jadi Produsen Telur & Beras Terbesar di Dunia

Retno Ayuningrum - detikFinance
Senin, 30 Jun 2025 06:29 WIB
Ilustrasi Beras
Ilustrasi - Foto: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Indonesia ternyata menjadi produsen beras dan telur terbesar di dunia. Indonesia menempati posisi keempat sebagai produsen beras terbesar secara global. Sementara untuk telur, Indonesia menempati posisi ketiga.

Hal ini diungkapkan berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO). Pada laporan Food Outlook Biannual Report on Global Food Markets yang dipublikasikan FAO, produksi beras Indonesia diprediksi pada periode 2025/2026 dapat mencapai 35,6 juta ton.

Sementara negara produsen beras terbesar pertama ditempati India dengan 146,6 juta ton. Lalu China 143 juta ton dan di tempat ketiga adalah Bangladesh dengan 40,7 juta ton. Namun dibandingkan 3 negara tersebut, Indonesia mencatatkan perkembangan produksi yang paling signifikan terhadap periode sebelumnya, yakni 4,5%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari Januari sampai saat ini, produksi beras Indonesia bertumbuh luar biasa jika dibandingkan tahun lalu. Bahkan FAO pun baru-baru ini telah mengakui Indonesia sebagai salah satu negara produsen beras tertinggi tingkat dunia. Kita patut apresiasi seluruh stakeholder beras Indonesia," kata Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief dalam keterangannya, Minggu (29/6/2025).

Arief menjelaskan stok beras di gudang Perum Bulog saat ini mencapai 4,2 juta ton. Kemudian penyerapan dari hasil panen petani oleh Bulog sebesar 2,6 juta ton setara beras.

ADVERTISEMENT

"Dalam kesempatan yang baik ini, saya juga mau sampaikan bahwa kami pemerintah, tentunya berterima kasih kepada seluruh penggilingan padi se-Indonesia. Ini karena mereka membantu pemerintah membuat stok beras Bulog menjadi 4,2 juta ton. Lalu penyerapan dalam negeri sampai 2,6 juta ton setara beras," tambah Arief.

Kendati begitu, Arief menilai ada tantangan yang harus dihadapi pemerintah di paruh waktu kedua ini. Tantangannya, yakni karena panen raya telah usai di Maret dan April lalu. Selanjutnya estimasi produksi beras bulanan kemungkinan akan mulai melandai. Kendati begitu, pemerintah memiliki stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang sangat mumpuni.

"Di semester kedua nanti biasanya berat di November, Desember bahkan sampai Januari. Nah pada waktu itu, kita semua harus siapkan CBP seperti pemerintah yang hari ini lakukan. Jadi kita sudah on the track," jelas Arief.

Menurut Arief menambahkan hasil panen dalam satu hingga dua bulan ke depan tidak akan sama dengan musim panen sebelumnya. Arief menebak, apabila produksi menurun, harga gabah di tingkat petani mulai bergerak naik.

"Panen kita dalam 1-2 bulan ke depan bukan big harvest lagi. Maret dan April itu panen raya setara beras sampai 10 juta ton. Sekitar 2,5-2,6 juta ton sudah masuk ke Bulog, berarti sisanya 3/4 ada di penggilingan padi, baik di masyarakat luas dan di petani. Biasanya karena tren produksi menurun, harga gabah petani akan mulai bergerak naik. Nah ini saatnya tugas pemerintah menggunakan stok Bulog yang ada," lanjutnya.

Untuk mitigasi, menjelang paruh kedua 2025, pemerintah sudah menyiapkan strategi intervensi beras ke masyarakat secara masif. Pertama dalam bentuk bantuan pangan beras kepada 18.277.083 Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Lalu dalam bentuk Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras ke pasaran dengan salur maksimal 1,318 juta ton sampai akhir tahun nanti.

Sebagai produsen telur, Indonesia menempati posisi ke-3 sebagai produsen telur secara global dengan produksi mencapai 144,59 miliar. Produksi telur terbesar di dunia ditempati oleh China yang mencapai 612,83 miliar butir. Kemudian disusul oleh Jepang dengan produksi sebesar 406,3 miliar butir telur.

Lalu, Indonesia yang memproduksi telur mencapai 144,59 miliar butir. Di posisi keempat ditempati oleh India dengan produksi mencapai 142,67 miliar butir telur. Lalu Amerika Serikat (AS) menempati posisi kelima dengan produksi mencapai 109,53 miliar.

"Produksi telur Indonesia menembus angka 144,59 miliar butir dan menempatkan kita di peringkat ketiga dunia sebagai produsen telur terbesar, menurut data FAO. Ini bukti nyata bahwa sektor peternakan kita terus tumbuh dan berkontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan protein masyarakat," tulis Kementerian Pertanian (Kementan) dalam unggahan akun Instagram resmi @kementerianpertanian, ditulis Minggu (29/6/2025).

Dengan volume produksi sebesar itu, Kementan optimistis Indonesia siap menjadi lumbung protein hewani yang berkelanjutan. Hal ini dapat terealisasi dengan dukungan dari peternak serta kebijakan yang tepat.

(kil/kil)

Hide Ads