Bukan Raksasa Migas, 4 Perusahaan China Ini Kuasai Sumur Minyak di Irak

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 05 Agu 2025 09:00 WIB
Ilustrasi/Foto: Dok.CNN/Eugenio Grosso
Jakarta -

Proyek migas di Irak perlahan-lahan dikuasai perusahaan China. Investasi jumbo belakangan ini digelontorkan perusahaan minyak swasta China di negara tersebut.

Irak merupakan produsen minyak terbesar kedua di aliansi negara OPEC. Kini sumur-sumur minyak di sana mulai dikuasai oleh perusahaan-perusahaan minyak kecil asal China.

Dikutip dari Reuters, Senin (4/8/2025), perusahaan minyak China yang kurang dikenal, seperti misalnya Geo-Jade Petroleum Corp, United Energy Grou, Zhongman Petroleum and Natural Gas Group, dan Anton Oilfield Services Group telah membuat gebrakan sejak tahun lalu ketika mereka memenangkan setengah dari putaran lisensi eksplorasi minyak di Irak.

Bagi Irak, perusahaan China ini dinilai dapat memberikan keuntungan, karena mereka dapat menggandakan produksi minyak menjadi 500 ribu barel per hari dengan hadirnya perusahaan-perusahaan China.

Pemerintah Irak juga memang berusaha untuk memikat raksasa minyak global. Meningkatnya kehadiran pemain swasta dari China di industri migas Irak menandai adanya pergeseran strategi dari Baghdad, pusat pemerintahan Irak.

Negara itu memiliki rencana besar untuk mempercepat proyek-proyek minyaknya, mereka mengundang investor dari berbagai negara untuk ikut serta. Irak ingin meningkatkan produksi lebih dari setengahnya menjadi lebih dari 6 juta barel per hari pada 2029.

China Kepincut Proyek Minyak Irak

Pengaturan kontrak yang cukup menguntungkan menjadikan perusahaan China tertarik menginvestasikan modalnya di Irak. Bagi perusahaan-perusahaan swasta China yang kapasitasnya lebih kecil, Irak merupakan peluang untuk memanfaatkan biaya yang lebih rendah dan pengembangan proyek-proyek yang lebih cepat.

Proyek minyak di Irak dinilai terlalu kecil untuk raksasa migas lainnya, baik dari Eropa, Amerika, ataupun perusahaan besar lainnya di China. Perusahaan-perusahaan minyak kecil asal China juga memiliki pergerakan bisnis yang lebih gesit daripada perusahaan-perusahaan minyak besar China maupun dari negara lain.

Para pemain ini juga lebih toleran terhadap risiko daripada banyak perusahaan yang mungkin mempertimbangkan untuk berinvestasi di ekonomi Teluk. Mereka pun seringkali menawarkan pemerintahan Irak pembiayaan yang kompetitif, memangkas biaya dengan tenaga kerja dan peralatan China yang lebih murah.

Makanya perusahaan-perusahaan ini pun lebih mudah masuk ke Irak. Selain itu perusahaan-perusahaan itu juga bersedia menerima margin yang lebih rendah untuk memenangkan kontrak jangka panjang.

Lihat juga Video Ladang Minyak yang Dikelola Perusahaan AS di Irak Diserang Drone




(hal/rrd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork