ESDM Pastikan BBM Campur Sawit 40% Bakal Diterapkan Awal 2026

ESDM Pastikan BBM Campur Sawit 40% Bakal Diterapkan Awal 2026

Heri Purnomo - detikFinance
Jumat, 08 Agu 2025 19:00 WIB
Pekerja menunjukkan buah kelapa sawit usai dipanen di kawasan PT Perkebunan Nusantara IV, Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (24/10/2024). Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan ketersediaan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih sangat mencukupi untuk bahan baku biodiesel 50 persen (B50) dengan tingkat produksi CPO di Indonesia pada tahun 2024 sekitar 46 juta ton, sedangkan yang dibutuhkan untuk pembuatan B50 hanya 5,3 juta ton. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/tom.
Foto: Antara Foto/Fransisco Carolio
Jakarta -

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan implementasi program penggunaan bahan bakar campuran biodiesel berbasis minyak sawit 50% dengan minyak solar (B50) akan mulai diterapkan pada awal tahun 2025.

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan saat ini pemerintah tengah mengevaluasi program B40 yang sudah dilaksanakan mulai Januari 2025. Menurutnya pelaksanaan tersebut dinilai sudah bagus.

"Kita evaluasi untuk implementasi B40 tahun ini, dan juga kita harapkan untuk implementasi tahun depan B50 segera bisa diakses (awal tahun) ya, seperti ini penetapan awal tahun," kata Yuliot saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (8/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan Indonesia membutuhkan setidaknya pabrik biodiesel dengan kapasitas sebesar 1 juta kiloliter (KL). Adapun saat ini baru tiga pabrik yang sedang tahap konstruksi.

ADVERTISEMENT

Eniya mengatakan penerapan program biodiesel B50 masih dalam tahap pengujian, mulai dari uji teknis hingga uji kapasitas bahan baku dalam hal ini crude palm oil (CPO). Untuk itu, dia menilai program tersebut belum tentu dapat diterapkan pada 2026 mendatang.

Menurut Eniya, setidaknya pihaknya membutuhkan 5 pabrik biodiesel dengan kapasitas 1 juta KL.

Di sisi lain, program tersebut juga perlu meningkatkan kapasitas infrastruktur. Pada implementasi B40 saja, masih terdapat keterbatasan moda angkut, keterbatasan fasilitas kapal (Flow Rate Pump), hingga keterbatasan sarana dan prasarana (sarpras) di tangki penyimpanan, pemipaan dan fasilitas blending (TBBM).

Untuk itu, untuk merealisasikan program tersebut dibutuhkan moda angkut tersedia cukup dan efisien, fasilitas kapal yang mumpuni, serta sarpras TBBM mendukung implementasi B50.

"Ini perlu persiapan waktu, enggak mungkin ujug-ujug langsung misalnya B50 gitu ya, atau B50 hanya di Jakarta doang. Ini saya enggak tahu nih, ini perlu dikaji ya. Opsi-opsi B itu perlu dikaji," imbuh Eniya.

(rrd/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads