Suriah Ekspor Minyak Lagi Setelah 14 Tahun, Kirim 600 Ribu Barel

Suriah Ekspor Minyak Lagi Setelah 14 Tahun, Kirim 600 Ribu Barel

Heri Purnomo - detikFinance
Selasa, 02 Sep 2025 12:52 WIB
A drone view shows crude oil tanker Nissos Christiana, first ship to transport oil from Syria since the fall of Bashar al-Assad’s regime, anchored in the port of Tartus, Syria, September 1, 2025. REUTERS/Mahmoud Hassano
Foto: REUTERS/Mahmoud Hassano
Jakarta -

Suriah kembali membuka keran ekspor minyak mentahnya setelah hampir 14 tahun terhenti. Sebanyak 600.000 barel minyak diekspor menggunakan kapal tanker Nissos Christiana kepada perusahaan B Serve Energy yang diketahui berafiliasi dengan BB Energy.

Ekspor perdana dilakukan pada Senin (1/9/2025) melalui Pelabuhan Tartus. Langkah ini menandai babak baru bagi pemerintahan Suriah yang terbentuk setelah kejatuhan Bashar al-Assad pada Desember tahun lalu. Terakhir kali Suriah mengekspor minyak terjadi pada 2010 dengan volume 380.000 barel per hari (bph).

Riyad al-Joubasi, Asisten Direktur Minyak dan Gas di Kementerian Energi Suriah, mengatakan minyak tersebut diambil dari beberapa ladang di Suriah, namun ia tidak menyebutkan lokasi pastinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Minyak mentah telah dijual kepada B Serve Energy," katanya dikutip dari Reuters, Selasa (2/9/2025).

ADVERTISEMENT

Suriah juga telah menandatangani nota kesepahaman senilai US$ 800 juta dengan DP World untuk mengembangkan, mengelola, dan mengoperasikan terminal serbaguna di Tartus. Kesepakatan ini dilakukan setelah Suriah membatalkan kontrak dengan perusahaan Rusia yang sebelumnya mengoperasikan pelabuhan tersebut di bawah pemerintahan Assad.

Sebagai informasi, sebagian besar ladang minyak Suriah terletak di timur laut, wilayah yang dikuasai oleh otoritas Kurdi. Otoritas ini sempat memasok minyak ke pemerintah pusat di Damaskus pada Februari lalu, namun hubungan memburuk karena kekhawatiran soal inklusivitas dan hak-hak minoritas, termasuk Kurdi.

Selama perang Suriah, ladang minyak berpindah tangan beberapa kali, sementara sanksi AS dan Eropa mempersulit ekspor-impor legal. Sanksi tetap berlaku beberapa bulan setelah Assad digulingkan, sehingga menyulitkan pemerintahan baru Suriah dalam mengimpor energi.

Namun, setelah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif pada Juni untuk mencabut sanksi Amerika terhadap Suriah, sejumlah perusahaan berbasis di AS mulai menyusun rencana induk guna membantu eksplorasi dan ekstraksi minyak serta gas di Suriah.

Simak juga Video 'Presiden Suriah Setelah Diserang Israel: Kami Tak Takut Perang!':

(rrd/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads