Investasi Hidrogen Hijau Mulai Masuk RI

Rista Rama Dhany - detikFinance
Minggu, 12 Okt 2025 09:48 WIB
Ilustrasi Hidrogen/Foto: Aulia Damayanti/detikcom
Jakarta -

Upaya dekarbonisasi sektor maritim Indonesia menarik minat investasi asing. Perusahaan energi asal Prancis HDF Energy bersama NEA South East Asia (NEA SEA) dan lembaga kerja sama pembangunan Jerman GIZ resmi meneken perjanjian untuk mengembangkan solusi hidrogen hijau bagi kapal feri antar-pulau di Indonesia.

Kolaborasi ini bertujuan mengevaluasi dan membangun infrastruktur hidrogen hijau sebagai bahan bakar bersih untuk transportasi laut, khususnya kapal feri penyeberangan. Proyek ini menjadi bagian dari program H2Uppp yang didukung oleh Kementerian Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Energi, sebagai langkah mempercepat pemanfaatan energi bersih di negara-negara berkembang.

Penandatanganan kerja sama dilakukan dalam acara Indonesia Sustainability Forum 2025, dan menjadi tindak lanjut dari MoU antara HDF Energy, Kemenhub, PLN, dan ASDP Indonesia Ferry, yang sebelumnya telah diteken pada April 2025 bersama International Maritime Organization (IMO).

"Kami sedang membuka jalan bagi rute kapal feri bertenaga hidrogen pertama di Indonesia, serta menuju masa depan maritim yang lebih bersih di seluruh kepulauan nusantara," ujar Mathieu Géze, Director for Asia-Pacific HDF Energy sekaligus Presiden Direktur PT HDF Energy Indonesia.


Di bawah kemitraan publik-swasta ini, GIZ, HDF, dan NEA SEA akan meneliti kelayakan teknis dan ekonomi infrastruktur hidrogen yang mencakup produksi, penyimpanan, transportasi, hingga pengisian bahan bakar (bunkering). Infrastruktur ini dirancang agar bisa diintegrasikan dengan sistem listrik kepulauan dan jaringan energi pelabuhan, termasuk di rute Kupang-Rote yang dioperasikan ASDP.

Selain mengurangi ketergantungan pada diesel, penerapan hidrogen dinilai mampu menekan biaya energi jangka panjang, meningkatkan ketahanan energi, dan memperbaiki kualitas udara di wilayah pesisir.

HDF Energy sendiri tengah mengembangkan 23 pembangkit listrik hidrogen Renewstable® di Indonesia Timur dengan potensi investasi mencapai USD 2,3 miliar (sekitar Rp 36 triliun). Fasilitas ini menggabungkan tenaga surya dan penyimpanan hidrogen untuk menghasilkan listrik bersih 100% tanpa emisi. Hidrogen yang dihasilkan juga akan digunakan untuk mendukung konversi kapal feri ke sistem propulsi berbasis fuel cell berdaya tinggi.

"Hidrogen hijau berada di inti transisi energi, dan melalui H2Uppp kami mendukung kewirausahaan lokal serta pengembangan proyek yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan transfer teknologi," kata Lisa Tinschert, Director of Energy Programme GIZ Indonesia/ASEAN.

Inisiatif ini diharapkan memperkuat peta jalan Net Zero Emission Indonesia serta membuka peluang industri baru di sektor energi bersih, dengan efek berganda bagi ekonomi kepulauan dan industri maritim nasional.




(rrd/rir)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork