Gagal Negosiasi, Trump Sanksi 2 Produsen Minyak Rusia

Gagal Negosiasi, Trump Sanksi 2 Produsen Minyak Rusia

Andi Hidayat - detikFinance
Minggu, 26 Okt 2025 21:30 WIB
IN FLIGHT - OCTOBER 24: U.S. President Donald Trump speaks to members of the media aboard Air Force One on October 24, 2025, in flight. Trump is traveling to Malaysia for the Association of Southeast Asian Nations summit (ASEAN), Japan, and to South Korea for the Asia-Pacific Economic Cooperation forum (APEC).   Andrew Harnik/Getty Images/AFP (Photo by Andrew Harnik / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)
Presiden AS Donald Trump - Foto: Getty Images via AFP/ANDREW HARNIK
Jakarta -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan memberi sanksi besar kepada dua produsen minyak terbesar Rusia.

Dikutip dari CNN, kekecewaan Trump terhadap Rusia meningkat dalam beberapa bulan terakhir, karena pertemuan puncak AS-Rusia di Alaska gagal menghentikan eskalasi kekerasan di Ukraina. Ia bahkan mengubah posisi serangan Ukraina jauh di dalam wilayah Rusia.

Trump juga meningkatkan penyebaran intelijen untuk membantu Ukraina menargetkan fasilitas militer dan energi milik Rusia. Namun, setelah beberapa kali ancaman Trump untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia gagal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, pengumuman sanksi Trump terhadap raksasa minyak Rusia dan anak perusahaannya pada Rabu lalu mengejutkan para ahli. Akan tetapi, para ahli masih mengukur dampak sanksi tersebut terhadap Rusia.

"Hal itu sebenarnya mengejutkan karena selalu ada perbedaan antara retorika dan tindakan Trump," kata peneliti senior di International Institute for Strategic Studies (IISS) London, Maria Shagina, dikutip dari CNN, Minggu (26/10/2025).

ADVERTISEMENT

"Tampaknya hari ini Rusia telah bertindak berlebihan, dan kesabaran Trump mulai menipis," tulisnya.

Menurut laporan CNN, sanksi ini menjadi yang pertama kali dilayangkan Trump kepada Rusia di luar pengenaan tarif sekunder terhadap India atas pembelian minyak. Namun, sanksi tersebut merupakan hal umum karena perusahaan-perusahaan yang terdaftar, seperti Rosneft dan Lukoil, beserta puluhan anak perusahaannya akan dibekukan di AS. Kemudian entitas-entitas AS akan dilarang berbisnis dengan perusahaan tersebut.

Akan tetapi, sebagian besar pakar sepakat menilai penargetan Rosneft dan Lukoil merupakan perubahan yang signifikan. Menurut RBC Capital Markets, kedua perusahaan ini menguasai sekitar setengah dari total ekspor minyak Rusia.

Sebelumnya, Joe Biden juga telah menindak perusahaan minyak terbesar ketiga dan keempat Rusia, yakni Gazpromneft dan Surgutneftegaz. Namun, para ahli mengatakan menilai sanksi tersebut tidak memengaruhi perusahaan tersebut karena dikhawatirkan memicu gangguan pasokan global.

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads