Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan berdasarkan data Kementerian ESDM, impor minyak nasional tembus 313 juta barel. Rinciannya, 112 juta barel minyak mentah, dan 201 juta barel bahan bakar minyak alias BBM.
Alhasil, menurut data Kementerian ESDM, devisa negara hilang Rp 523 triliun per tahun.
"Total impor kita per tahun antara LPG, BBM, baik crude maupun BBM, jadi kurang lebih sekitar Rp 500 triliun per tahun devisa kita keluar Rp 500 triliun per tahun," katanya di Hotel Raffles, Jakarta, Senin (8/12/2025).
Jika impor dapat ditekan dan produksi dalam negeri ditingkatkan, maka potensi penghematan devisa itu bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara signifikan hingga 2,3%.
"Devisa kita itu dapat kalau kita tahan tidak kita impor, itu dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi kita minimal nambah 2,3%," terang Bahlil.
"Jadi kalau kita mampu tidak mengimpor BBM, saya pastikan devisa kita akan tinggal di dalam negeri dan itu menjadi alat ungkit untuk bisa kita putar di dalam negeri untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional kita," sambungnya.
Berdasarkan materi paparanya, produksi minyak nasional sepanjang tahun 2024 lalu mencapai 212 juta barel. Adapun untuk konsumsi BBM secara nasional tahun 2024 berada di angka 532 juta barel.
Konsumsi tertinggi berasal dari sektor transportasi 276,64 juta barel, diikuti industri 180,88 juta barel, ketenagalistrikan 42,56 juta barel, dan sektor aviasi 31,92 juta barel.
Sementara untuk Liquefied Petroleum Gas (LPG), produksi dalam negeri hanya diangka 1,97 juta metrik ton (MT). Sed
(hrp/hns)