Diskusi tersebut diisi regulator, investor, maupun para pemain fintech di Indonesia yang menjelaskan kondisi dan potensi terkini fintech di Indonesia.
Menurut Ketua Iluni FEB Untar Hadi Cahyadi, perkembangan pengguna internet, media sosial, dan masifnya tren fintech di Indonesia menjadi latar belakang terselenggaranya forum ini. Acara ini juga jadi kontribusi alumni FEB Untar ke almamater.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Kepala Eksekutif Industri Keuangan Non-Bank dan Anggota Komisioner OJK Riswinandi mengajak para pemain fintech maupun akademisi untuk semakin memasifkan sosialisasi industri digital ini di tengah masyarakat.
Hal ini, katanya, termasuk menjadi bagian dari program pemerintah menuju ekosistem industri ekonomi digital maupun cashless society.
Sebagai regulator, kata Riswinandi, OJK bersama asosiasi memantau dan mengevaluasi perkembangan fintech di Indonesia. Dari sisi regulasi, pasar, dan perlindungan konsumen.
"Sampai saat ini 144 platform terdaftar di OJK, 12 sudah keluar izinnya. Selama masa terdaftar itu kita evaluasi mereka bagaimana menjalankan bisnisnya," ucap Riswinandi.
"Evaluasi dari asosiasi juga dimasukan. Sama asosiasi kita lihat jumlah pemainnya, sambil peraturan kita review, dilihat dari pendaftarannya, pengawasan. Intinya bagaimana evaluasi ini ujung-ujung ke perlindungan konsumen," imbuhnya.
Turut mengisi dalam panel diskusi tersebut Anggota Komisioner OJK Riswinandi, Nararya Ciputra R yang mewakili Wakil Ketua Pembina Yayasan Tarumanegara, dan Dekan FEB Untar Sawidji Widoatmodjo.
Dari sisi investor, diskusi diisi Eri Reksoprodjo dari Kejora Ventures dan Raditya Pramana dari Venturra Capital. Sedangkan dari pemain fintech turut hadir We+, Batumbu, DANA, dan TanamDuit.
Pada acara yang sama, Untar juga melakukan grand launching perubahan nama fakultas. Dari Fakultas Ekonomi menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. (ega/hns)