Pendiri Ethereum Bikin Pengakuan Mengejutkan! Apa Itu?

Pendiri Ethereum Bikin Pengakuan Mengejutkan! Apa Itu?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 21 Mei 2021 11:43 WIB
LONDON, ENGLAND - APRIL 25: In this photo illustration of the litecoin, ripple and ethereum cryptocurrency altcoins sit arranged for a photograph beside a smartphone displaying the current price chart for ethereum on April 25, 2018 in London, England. Cryptocurrency markets began to recover this month following a massive crash during the first quarter of 2018, seeing more than $550 billion wiped from the total market capitalisation. (Photo by Jack Taylor/Getty Images)
Foto: Jack Taylor/Getty Images
Jakarta -

Sejumlah mata uang kripto anjlok beberapa waktu belakangan ini. Jelas, hal itu mengejutkan seluruh investor di seluruh dunia.

Namun, Vitalik Buterin salah seorang pendiri Ethereum tidak masuk dalam orang yang terkejut itu. Meskipun, kekayaannya berkurang karena anjloknya mata uang kripto.

Dalam sebuah wawancara CNN seperti dikutip detikcom, Jumat (21/5/2021), Buterin yakin jika mata uang kripto berada dalam bubble. Secara umum, bubble dapat diartikan sebagai sebuah kondisi di mana produk atau aset harganya lebih tinggi dari pada fundamentalnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menekankan, bagaimanapun akan sangat sulit memprediksi bubble akan muncul.

"Bisa saja sudah berakhir," katanya.

ADVERTISEMENT

"Ini bisa berakhir berbulan-bulan dari sekarang," imbuhnya.

Pada Rabu lalu, ethereum telah jatuh di bawah US$ 1.900. Penurunan ini mencapai 40% dibanding Selasa malam menurut data Coinbase.

Kemudian ethereum rebound sekitar US$ 2.700 di Kamis pagi. Tapi, angka itu masih lebih rendah atau turun tajam dari rekor tertinggi pada 11 Mei lalu di US$ 4.384.

Nilai ethereum milik Buterin pun menukik menjadi US$ 870 juta pada Kamis pagi, turun dari sekitar US$ 1,1 miliar pagi sebelumnya. Buterin yang berusia 27 tahun mengatakan, setidaknya ada tiga bubble yang ia temui sejauh ini.

"Kami telah memiliki setidaknya tiga dari bubble kripto besar ini sejauh ini," kata Buterin.

"Dan cukup sering, alasan bubble berhenti adalah karena beberapa peristiwa terjadi yang membuatnya begitu saja, jelas bahwa teknologinya belum ada," sambungnya.

(acd/eds)

Hide Ads