Ini Sosok Presiden 'Nyentrik' El Salvador yang Sahkan Bitcoin

Ini Sosok Presiden 'Nyentrik' El Salvador yang Sahkan Bitcoin

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Senin, 14 Jun 2021 11:21 WIB
Perayaan tahunan festival keagamaan di Panchimalco, El Salvador diselanggarakan semarak pada 3 May, 2018 waktu setempat.
Foto: Dok
Jakarta -

El Salvador merupakan negara pertama yang secara sah telah menyetujui penggunaan bitcoin sebagai alat pembayaran. Mayoritas anggota parlemen setuju dengan permintaan Presiden El Salvador, Nayib Bukele, untuk menjadikan bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah bersama dolar AS.

Melansir dari Reuters, Senin (14/6/2021), ketenaran Nayib Bukele sempat melompat di kancah internasional pada minggu ini setelah negaranya menjadi yang pertama di dunia yang mengadopsi bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.

Bukele merupakan seorang politisi sayap kanan berusia 39 tahun yang naik ke tampuk kekuasaan pada 2019. Dia memiliki mayoritas suara sebanyak 56 dari 84 kursi Parlemen sejak kemenangan telak dalam pemilihan legislatif Maret lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu Bukele juga dikenal sebagai presiden yang cukup 'nyentrik'. Diketahui Bukele pernah memecat seorang pejabat melalui Twitter hingga memasuki Kongres dengan tentara bersenjata lengkap. Dia juga pernah membubarkan sebuah lembaga antikorupsi yang sebelumnya dia bentuk sendiri.

Meskipun masih muda, Bukele bukanlah orang baru di bidang politik. Sampai saat ini, Presiden El Salvador tersebut terhitung sudah berkarir di bidang politik selama hampir 10 tahun.

ADVERTISEMENT

Bukele pertama kali menjadi seorang politisi setelah bergabung dengan partai Front Pembebasan Nasional Farabundo Marti (FMLN) dan pada 2012. Saat itu dia menjadi walikota Nuevo Cuscatlan, sebuah kota penghasil kopi di dekat San Salvador.

Saat itu dia masih jauh dari sorotan media dan dengan sedikit sumber daya, ia mempublikasikan hasil kerjanya sebagai walikota di media sosial. Hal ini berhasil meningkatkan reputasinya dan membantunya mengumpulkan dukungan untuk memenangkan jabatan sebagai seorang walikota di San Salvador, ibu kota El Salvador pada tahun 2015.

Di San Salvador, ia menjadi terkenal karena fokus sosial dan budayanya dan karena menyumbangkan gajinya untuk beasiswa. Tapi dua tahun setelah menjabat, FMLN 'mengusirnya', dengan mengatakan bahwa dia telah menabur perpecahan, melanggar undang-undang partai dan menyerang wali amanat dengan apel selama sesi dewan.

Lanjut ke halaman berikutnya.

Setelah dikeluarkan dari partainya, Bukele bergabung dengan sayap kanan Gran Alianza por la Unidad Nacional (GANA) dalam kampanyenya untuk kepresidenan, yang didorong oleh media sosial.

Saat setelah Bukele menjabat sebagai presiden, dia berjanji untuk mengakhiri korupsi di negaranya. Namun dia sendiri sempat diselidiki oleh kantor Kejaksaan Agung untuk pencucian uang, penipuan dan penghindaran pajak selama masa jabatannya sebagai walikota. Tentu hal ini telah dibantah olehnya.

Munculnya saudara-saudara dan sepupunya ke jabatan publik atau peran penasihat di belakang layar juga telah menyebabkan keluhan nepotisme, yang juga telah ia bantah.

Meski Bukele terbilang cukup 'nyentrik', namun orang-orang Salvador yang muak dengan korupsi dan ketidakefektifan pemerintahan El Salvador selama beberapa dekade terakhir, malah mengagumi gaya percaya diri Bukele, termasuk kegemaran Bukele dalam menggunakan Twitter untuk memberi perintah kepada para menteri.

"Nayib melakukan pekerjaan yang sangat baik, kami tidak pernah memiliki seseorang yang peduli dengan kesejahteraan orang," kata salah seorang warga bernama Eduardo Samayoa.


Hide Ads