Uang digital seperti kripto rawan diserang peretas yang hendak mencuri aset digital tersebut. Inilah yang menjadi salah satu kelemahan uang digital.
Dikutip dari CNN, Senin (13/12/2021) ada berbagai kasus pencurian kripto yang dilakukan peretas belakangan ini. Misalnya di salah satu platform cryptocurrency, Poly Network. Peretas berhasil membawa lari kripto sebanyak US$ 600 juta atau setara Rp 8,5 triliun (kurs 14.300).
Kemudian, platform pertukaran kripto, Bitmart juga diserang peretas yang berhasil mengambil US$ 150 juta aset kripto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat maraknya kasus peretasan platform kripto, tentu ini mengkhawatirkan investor kripto atau para pemula yang baru bermain di dunia aset digital itu.
Menurut analis kripto, Joe McGrill dari TRM Labs, dalam menangani masalah tersebut, menurutnya pemegang platform haru berani mengganti aset yang dicuri tersebut.Jika tidak, maka perlu badan hukum siber seperti kalau di AS Internal Revenue Service, untuk memulihkan akses peretas ke platform kripto.
Di sisi lain tindakan itu memang tidak menjamin keamanan yang ketat. Berbeda dengan bank yang menawarkan asuransi pada simpanan dalam jumlah tertentu.
"Cryptocurrency yang dicuri, bisa hilang selamanya. Lebih sering daripada tidak, peretas berhasil lolos dengan dana curian karena cryptocurrency hampir tidak dapat dilacak dan mudah disamarkan dengan mencucinya melalui dompet dalam hitungan menit," kata salah satu pendiri Crypto Head, Adam Morris.
Lihat juga video 'Ini Loh Konsekuensi Listrik Mati Saat Mining Kripto':
Lantas apa yang harus dilakukan jika ingin tetap berinvestasi kripto? Saat ingin membeli kripto di salah satu platform, disarankan coba lihat latar belakang dan testimoni dari masyarakat. Lihat bagaimana skala profesionalisme mereka saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Lebih lanjut, Joe McGrill mengatakan ada beberapa cara untuk melindungi platform kripto dari peretas. Pertama, usahakan perketat penguncian pada perangkat keras secara offline.
Kedua, pemilik platform harus membuat bermacam transaksi membutuhkan persetujuan, misalnya perlu akses ke nomor telepon konsumen. Meski demikian, dia mewanti-wanti tidak ada jaminan untuk menghindari kegiatan kriminal.
"Tidak ada jaminan 100% untuk menghindari kejahatan dunia maya," tutup McGill.