Harga bitcoin turun tajam dalam sepekan terakhir. Berdasarkan data Coinmarketcap, bitcoin telah turun sebanyak 9,34% dalam sepekan ke level US$ 42.148 atau sekitar Rp 602 juta (asumsi kurs Rp 14.200).
Begitu juga dengan pergerakan mata uang kripto yang lain seperti BNBM ethereu, dogecoin hingga shiba inu.
Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, ada sejumlah faktor yang membuat harga bitcoin turun. Salah satunya risalah Federal Open Market Commite (FOMC) terkait kekhawatiran bank sentral Amerika Serikat (AS) terhadap inflasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan inflasi ini menjadi sinyal bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan. Menurutnya, kenaikan suku bunga menjadi sentimen negatif terhadap sejumlah aset berisiko termasuk kripto.
"Pengetatan kebijakan ini sebenarnya yang mengakibatkan faktor negatif terhadap aset berisiko seperti cripto currency," katanya kepada detikcom, Selasa (11/1/2022).
"Jangan heran kalau seandainya cripto currency kok turun terus," katanya.
Dia mengatakan, penurunan bitcoin ini dipicu karena investor mencari tempat untuk investasi yang lebih aman. Salah satunya, dolar AS.
"Iya, semua lari investasi dolar," katanya.
Kedua, karena huru-hara di Kazakhstan. Kisruh di negara tersebut menjadi sorotan investor karena Kazakhstan merupkan tambang terbesar kedua di dunia untuk bitcoin.
"Kemudian ditutup sementara oleh pemerintah akibat krisis energi. Karena bahwa tambang koin menyerap energi cukup besar," katanya.
(acd/zlf)