"Dari tahun 2020 hingga 2021, jumlah peretasan yang terkait dengan Korea Utara melonjak dari empat menjadi tujuh, dan nilai yang diekstraksi dari peretasan ini tumbuh sebesar 40%," kata laporan itu, dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (15/1/2022).
"Begitu Korea Utara mendapatkan dana tersebut, mereka memulai proses pencucian yang hati-hati untuk menutupi dan menguangkannya," tambah laporan itu.
Panel ahli PBB yang memantau sanksi terhadap Korea Utara, menduga dana tersebut digunakan Korut untuk mendukung program nuklir dan rudal. Korea Utara pun tidak menanggapi pertanyaan media, tetapi sebelumnya telah merilis pernyataan yang menyangkal tuduhan peretasan.
Isu soal peretas dari Korea Utara ini sudah ada sejak lama. Tahun lalu Amerika Serikat (AS) mendakwa tiga pemrogram Korea Utara yang bekerja untuk dinas intelijen AS. Peretas itu berhasil mencuri US$1,3 miliar uang dan cryptocurrency selama bertahun-tahun.
Para peretas tersebut disebut menggunakan umpan phishing, eksploitasi kode, malware, dan rekayasa sosial tingkat lanjut untuk menyedot dana. (fdl/fdl)