Platform pasar non-fungible token (NFT) OpenSea telah mengakuisisi perusahaan dompet kripto Dharma Labs. Berita ini diumumkan langsung oleh OpenSea pada Selasa (18/1) kemarin.
Diketahui bahwa platform dompet kripto Dharma melayani aset di mainnet Ethereum dan jaringan Matic Polygon sama seperti OpenSea. Mungkin ini menjelaskan mengapa OpenSea memilih untuk mengakuisisi Dharma dari pada dompet kripto lainnya.
Selain itu Dharma juga menawarkan integrasi kunci dengan banyak bank di AS, sehingga dapat memudahkan pengguna dalam bertransaksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir dari CoinDesk, Rabu (19/1/2022), akuisisi tersebut pertama kali dilaporkan sedang dikerjakan oleh Axios pada 4 Januari, terjadi hanya beberapa minggu setelah OpenSea memperoleh valuasi US$ 13,3 miliar atau sekitar Rp 190,19 triliun (kurs Rp 14.000/dolar AS) dalam putaran pendanaan terbarunya.
Sebagai bagian dari kesepakatan, pendiri Dharma Labs Nadav Hollander akan menjadi chief technology officer (CTO) OpenSea. Sedangkan Co-founder Alex Atallah yang sebelumnya berperan sebagai CTO Dharma Labs akan masuk ke peran baru sebagai pengawas upaya pengembangan ekosistem NFT OpenSea.
"(Co-founder) Devin, Alex, dan seluruh tim OpenSea telah menunjukkan keuletan dan ketabahan yang luar biasa selama empat tahun terakhir dalam membawa ide asli mereka untuk pertukaran NFT hingga seperti sekarang ini," kata Hollander dalam sebuah pernyataan.
"Saya bersemangat untuk fokus pada penskalaan teknologi OpenSea untuk memenuhi keandalan, kinerja, dan tolok ukur uptime yang diharapkan dan layak oleh penggunanya," jelasnya lagi.
Sebagai informasi, Dharma pertama kali diluncurkan pada 2019 sebagai startup pinjaman kripto sebelum beralih ke rekening tabungan stablecoin akhir tahun itu. Baru-baru ini, ia memposisikan dirinya sebagai pintu gerbang ramah arus utama ke dunia keuangan terdesentralisasi.
(zlf/zlf)