Binary Option belakangan ini sedang ramai diperbincangkan karena disebut-sebut sebagai judi online berkedok investasi. Pasalnya afiliator yang digunakan mendapatkan penghasilan dari hasil loss para penggunanya.
Ketua Satgas Waspada Investasi Tongam L Tobing mengungkapkan saat ini memang aplikasi atau penjualan berbasis teknologi sangat pesat.
Untuk situs-situs yang belum terdaftar dan terindikasi bodong sebenarnya sudah diblokir oleh Satgas sejak beberapa waktu lalu. "Memang dengan teknologi digital ini sangat sulit. Mereka bisa memanfaatkan media sosial atau sarana informasi lain," kata dia dalam acara dMentor, Kamis malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tongam mengungkapkan Satgas berupaya untuk memberikan edukasi dan pengetahuan kepada masyarakat terkait binary option ini. "Kenali ciri-ciri utama pelakunya, kalau binary option itu mereka selalu menggambarkan kehidupan mewah dari hasil perdagangan ini," ujar dia.
Selain itu ada juga postingan atau unggahan seperti transfer dalam jumlah besar. Intinya harta atau kemewahan pasti selalu ditampilkan.
"Itu testimoni semu, tapi masyarakat kita sangat tergiur. Harusnya disadari bahwa tidak mungkin mendapatkan uang secepat itu. Kalau mau untung harus belajar dulu, untuk trading juga jangan enaknya saja diam-diam setelah rugi baru lapor polisi," jelas dia.
Praktisi dan Inspirator Investasi sekaligus penulis buku Bandarmology, Ryan Filbert mengungkapkan memang para pengelola situs binary option itu pernah menawari dirinya untuk bergabung menjadi afiliator.
Namun Ryan menolak karena penawaran yang dilakukan dinilai tidak sesuai prinsip-prinsip investasi. "Beberapa tahun lalu, ada sebuah binary option yang mengunjungi saya mereka menawarkan 70% - 90% dari loss yang dihasilkan dari afiliasi. Saya baru dengar saja sudah aneh, itu kok dapat uang dari penderitaan orang itu ciri-ciri yang nggak baik," jelas dia.
Ryan mengungkapkan aksi pamer harta yang dilakukan para afiliator itu bisa saja sebuah manipulasi perdagangan. Kondisi ini demi menarik minat masyarakat.
(kil/zlf)