Buibu Ngaku Rugi ASIX dari Rp 25 Juta Sisa Rp 12 Juta: Fomo Tak Paham Risiko?

Buibu Ngaku Rugi ASIX dari Rp 25 Juta Sisa Rp 12 Juta: Fomo Tak Paham Risiko?

Danang Sugianto - detikFinance
Minggu, 13 Feb 2022 22:15 WIB
ASIX
Foto: dok ASIX
Jakarta -

Token ASIX milik Anang Hermansyah beberapa waktu lalu sempat heboh. Kabar tentang Bappebti melarang token ASIX viral dan membuat harga token tersebut anjlok.

Curhatan para investor viral di media sosial seperti Twitter dan Facebook. Seperti yang diunggah oleh akun @bahyul2, di mana akun tersebut mengunggah tangkapan layar sebuah percakapan di grup Telegram ASIX Token ID.

Dalam grup tersebut terlihat uang para investor Token ASIX menguap hingga lebih dari 50%. Salah seorang anggota grup bertanya mengapa uangnya di ASIX kini hanya bernilai Rp 5 juta, padahal awalnya ia membeli senilai Rp 10 juta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keluhan ini juga dibagikan dalam akun grup Facebook Indodax Indonesia. Ada anggota grup lain yang juga heran uang senilai Rp 25 juta yang ditaruh di ASIX milik Anang kini hanya bernilai Rp 12 juta.

Kehebohan itu sudah diklarifikasi oleh pihak Bappebti dan Anang mengaku memang tengah mengurus izin ke Bappebti. Harga token ASIX pun sempat melambung tinggi kembali.

ADVERTISEMENT

Kembali ke emak-emak yang viral. Memang kebanyakan dari investor newbie di pasar kripto hanya melihat cerita-cerita dari mereka yang cuan karena aset kripto.

Mereka pun akhirnya terjerembab dalam lubang fear of missing out (FOMO) alias ikut-ikutan dan takut ketinggalan sesuatu yang heboh.

Sebenarnya salah di mana sih? Buka halaman selanjutnya untuk dapat kajian lebih lengkap.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menekankan sebelum berinvestasi di instrumen apapun itu harus dipahami prinsip bahwa semakin besar potensi keuntungan, maka semakin besar pula kandungan risikonya, begitu juga sebaliknya.

"Prinsipnya itu high gain high risk, low gain low risk, no gain ya no risk, Jadi simpan prinsip itu baik-baik," tuturnya saat dihubungi detikcom, Minggu (13/2/2022).

Lalu jika sudah paham bahwa investasi pasti ada risikonya, maka uang yang digunakan untuk berinvestasi harus berupa uang dingin, atau uang yang bukan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sebab ada potensi uang yang digunakan untuk berinvestasi akan berkurang nilainya atau malah yang terburuk akan hilang.

Kemudian yang terpenting adalah pelajari dulu instrumen investasi yang hendak dipilih. Menurut Ariston, aset kripto adalah instrumen investasi yang memiliki volatilitas paling tinggi. Sehingga seharusnya mereka yang berinvestasi di kripto sudah paham bahwa risikonya juga besar.

Meski begitu Ariston tak sependapat dengan pandangan bahwa emak-emak tak cocok berinvestasi di kripto, sebab investasi tidak dibatasi dengan gender. Apalagi sudah terbukti di pasar saham dan pasar uang jumlah investor wanita semakin bertambah.

"Enggak lah, investasi bukan masalah gender, bukan masalah pola, semua bisa masuk ke investasi apa aja. Sekarang banyak tuh investor di saham juga banyak yang perempuan, di forex juga banyak. Jadi siapa aja bisa masuk yang penting memahami dulu, mempelajari juga di awal," tuturnya.

Emak-emak maupun investor newbie menurut Ariston harus membekali dirinya terlebih dahulu sebelum masuk ke instrumen investasi termasuk kripto. Dia mengimbau agar mempelajari dulu karakter dari aset kripto yang memiliki volatilitas harga sangat tinggi.

Jika sudah mempelajari kripto, maka investor bisa mencocokan dengan karakter dirinya sendiri. Jika berkarakter berani mengambil risiko besar maka seharusnya volatilitas harga aset kripto bisa diterima dengan baik.

Ariston juga menilai, instrumen investasi dengan karakter risiko yang besar belum tentu tidak cocok dengan investor pemula. Sebab bisa jadi investor pemula memang memiliki karakter yang berani mengambil risiko besar dengan harapan bisa mendapatkan return yang besar pula.


Hide Ads