Puncak kejayaan bitcoin sebagai aset investasi atau 'emas digital' mulai merosot. Penurunan nilai bitcoin dipengaruhi laju inflasi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan masalah geopolitik antara Rusia dengan Ukraina.
Padahal bitcoin sering disebut sebagai 'emas digital'. Istilah itu disematkan dengan harapan bitcoin bisa menjadi aset investasi seperti emas yang tidak berkorelasi dengan pasar keuangan lainnya, seperti saham.
Harga bitcoin jatuh ke level terendah, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan ke Donetsk dan Luhansk. Itu adalah dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur dan diklaim oleh Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, inflasi di AS sebenarnya diharapkan tidak mempengaruhi harga bitcoin. Sebaliknya, harga kripto terpangkas setengah dari level tertinggi US$ 69.000 pada bulan November. Itu membuat para analis mempertanyakan apakah julukannya sebagai bentuk 'emas digital' masih benar.
Para ahli mengatakan, kripto tidak bisa seperti emas yang tahan dengan keadaan geopolitik. Kripto disebut masih seperti saham yang mungkin harganya bisa turun kapan saja karena keadaan pasar.
"Korelasi antara crypto dan saham telah tinggi selama beberapa bulan terakhir baik pada berita makro terkait inflasi dan situasi geopolitik Rusia-Ukraina," kata seorang pedagang kuantitatif di pembuat pasar crypto B2C2, Chris Dick, dikutip dari CNBC, Kamis (24/2/2022).
"Korelasi ini menunjukkan bahwa bitcoin secara tegas berperilaku seperti aset berisiko saat ini - bukan tempat yang aman seperti yang disebut-sebut beberapa tahun yang lalu," tambahnya.
Faktanya, emas telah mengungguli bitcoin belakangan ini. Harga spot untuk logam mulia mencapai level tertinggi, naik setinggi US$ 1.913,89 per troy ounce.
"Bitcoin, aset yang dianggap sebagai jawaban atas setiap pertanyaan, telah melemah secara diam-diam dan terutama berkinerja buruk di bawah musuh bebuyutannya, emas," kata kepala strategi teknis di 22V Research, John Roque.
(das/das)