Tentara Ukraina dapat dukungan dari berbagai pihak terkait invasi Rusia. Salah satu dukungan yang didapat ialah berupa sumbangan dana dalam bentuk Bitcoin.
Sumbangan Bitcoin untuk tentara Ukraina didapat setelah Moskow meluncurkan serangan besar-besaran terhadap Ukraina pada Kamis (24/2) pagi waktu setempat.
Perusahaan analitik blockchain, Elliptic mengeluarkan data dalam kurun waktu 12 jam terkumpul dana dalam bentuk bitcoin senilai US$ 400.000 atau sekitar Rp 5,74 miliar untuk disumbangkan ke Come Back Alive, sebuah LSM Ukraina yang memberikan dukungan kepada angkatan bersenjata Ukraina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan sumbangan crypto itu dilakukan untuk berbagai tujuan, termasuk untuk melengkapi peralatan tentara Ukraina, persediaan medis, drone, serta mendanai pengembangan aplikasi pengenalan wajah, yang dirancang untuk mengidentifikasi apakah seseorang termasuk tentara bayaran atau mata-mata Rusia.
"Cryptocurrency akan semakin banyak digunakan untuk perang crowdfund, dengan persetujuan diam-diam dari pemerintah," kata Kepala ilmuwan Elliptic yang menjual alat analitik blockchain ke bank dan platform cryptocurrency Tom Robinson, dikutip dari CNBC Internasional Jumat (25/2/2022).
Elliptic sendiri berpendapat sumbangan dalam bentuk crypto itu jadi tren belakangan ini dan menjadi cara baru untuk menyumbangkan dana. Bitcoin menjadi pilihan karena memungkinkan mereka untuk melewati lembaga keuangan yang mungkin saja melakukan pemblokiran pembayaran ke Ukraina.
Menurut laporan Elliptic, kelompok sukarelawan dan LSM secara kolektif sudah mengumpulkan lebih dari US$ 1 juta dalam cryptocurrency. Jumlah itu mungkin akan cepat bergerak lebih tinggi lagi.
Come Back Alive, yang telah menerima cryptocurrency sejak 2018, menyediakan peralatan, layanan pelatihan, dan pasokan medis bagi militer. Kelompok lain, seperti Aliansi Siber Ukraina, telah menerima hampir $100.000 dalam bentuk bitcoin, litecoin, eter, dan campuran stablecoin selama setahun terakhir. Di sisi lain, gerakan paham (separatis) pro-Rusia telah mengumpulkan dana dalam bitcoin sejak awal konflik.
Analis data fintech di London Boaz Sobrado, mengatakan kepada CNBC bahwa beberapa pejabat Rusia menyebutkan mereka tidak menutup rekening bank oposisi karena "ketakutan mereka akan mendorong mereka ke dalam penggalangan dana crypto, yang jauh lebih sulit untuk dipantau.
(fdl/fdl)